Fenomena ambruknya perusahaan rintisan (startup) setelah menerima pendanaan raksasa dari investor venture capital (VC) belakangan makin marak terjadi. Bahkan, sejumlah startup unicorn global yang disebut-sebut bakal menjadi perusahaan raksasa dunia, justru harus gulung tikar tak lama setelah mendapat suntikan dana ratusan juta dolar Amerika.

Anda tentu masih ingat WeWork (properti perkantoran coworking), Brandless (produk konsumen online), dan Zume Pizza (otomatisasi produksi pizza).

WeWork misalnya, pernah menjadi startup dengan valuasi tertinggi di dunia mencapai US $47 miliar pada 2019, namun kini nyaris bangkrut setelah investor utamanya SoftBank Group mundur dari rencana IPO, dan berhenti mendanai.

Kondisi serupa dialami Brandless yang pernah meraup US $240 juta dari investor ternama seperti Softbank (lagi-lagi), dan Google Ventures. Setelah jumlah pelanggan anjlok, Brandless akhirnya menutup situs web dan operasinya awal 2020 lalu.

Sementara Zume Pizza yang sempat mendapatkan US $375 juta dari VC, terpaksa mem-PHK sekitar 500 karyawannya.

Di Indonesia, Zenius, perusahaan edukasi-teknologi (edutech) mengumumkan tutup sementara setelah 20 tahun beroperasi di Indonesia. Mereka menyatakan bahwa keputusan itu diambil akibat tantangan operasional. Padahal, pada 2020, Zenius mengumumkan pendanaan seri A senilai USD 20 juta yang melibatkan Northstar Group, Kineys Group dan BeeNext. Dan pada Maret 2022 lalu, Zenius mengumumkan pendanaan dari MDI Ventures, anak usaha dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, sehingga pendanaan yang dikumpulkan Zenius sejak berdiri, kabarnya pernah mencapai US$ 40 juta (Rp 622 miliar)

Zenius tutup
source: https://www.zenius.net/blog/faq-untuk-pengguna-zenius

Baru-baru ini, PT. Fliptech Lentera Inspirasi Pertiwi atau Flip melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menjamin keberlangsungan bisnis mereka. Mereka juga mengatakan bahwa hal itu tidak terlepas dari kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sehingga berdampak negatif pada arus kas mereka. Pada Juni 2022 Flip sempat mengumpulkan pendanaan Seri B senilai total US$103 juta atau setara dengan Rp1,5 triliun yang dipimpin oleh Tencent.

Oiya, sebelumnya saya telah menulis tentang bagaimana kepercayaan diri berlebihan bisa nembawa startup menuju kegagalan yang tak terhindarkan.

10 Faktor Penyebab Runtuhnya Perusahaan Rintisan Pasca Suntikan Dana Segar Investor

Apa sebenarnya penyebab sebuah startup bisa mengalami kegagalan usaha setelah menerima suntikan modal super besar dari investor papan atas? Mari kita telusuri 10 faktor penyebab kerap runtuhnya perusahaan rintisan ini.

1. Ekspansi Infrastruktur & Bisnis Terlalu Cepat

Umumnya setelah menerima pendanaan besar, startup langsung menambah jumlah kantor, menambah ratusan karyawan baru, membuka cabang di berbagai negara, dan semacamnya dalam waktu singkat. Masalahnya, ekspansi secepat kilat ini terjadi sebelum memastikan bisnis model dan operasional telah berjalan efisien.

2. Hilangnya Fokus Pada Produk Utama & Kompetensi Inti

Dengan bertambahnya modal, startup jadi tergiur mencoba banyak hal dan produk baru di luar core competence mereka. Contoh nyata adalah WeWork yang selain fokus ke pembuatan ruang kerja bersama, juga membuka bisnis sekolah dan hotel. Akibatnya fokus buyar, dan SDM serta dana terkuras untuk hal yang kurang produktif.

3. Salah Membaca Situasi Pasar & Kurang Beradaptasi

Banyak startup sukses karena punya first-mover advantage, dan beruntung menempati ceruk pasar baru. Tetapi begitu pasar berubah, mereka terlalu lambat beradaptasi lantaran sudah terbiasa dengan zona nyaman, sementara kompetitor lebih lincah menyusup. Contoh kasus ini dialami banyak startup e-commerce yang kalah bersaing dengan Amazon atau Alibaba.

4. Masalah Arus Kas & Modal Habis Sebelum Mencapai Impas

Seringkali startup yang mendapatkan pendanaan besar, terjebak dalam masalah cash burn rate yang luar biasa tinggi, hingga modal yang diinjeksi VC pun cepat terkuras habis. Penyebabnya antara lain karena modal dihabiskan untuk hal yang tidak tepat, atau belum mencapai titik impas sebelum terlanjur ekspansi besar-besaran.

5. Budaya Kolaborasi Internal Memudar Akibat Perubahan Organisasi

Salah satu kunci sukses startup adalah kolaborasi lintas tim/departemen, dan budaya kerja erat antar tim yang cair. Namun ketika startup sudah jadi besar dan terstruktur kaku, pola kerja cair ini bisa memudar sehingga inovasi baru makin sulit dilahirkan.

6. Founder atau CEO Tidak Mampu Mengelola Operasional Berskala Global

Founder startup yang brillian dalam merintis bisnis baru, belum tentu handal dalam management perusahaan super complex yang sudah mendunia. Ketidakmampuan manajemen lama dalam pengelolaan operasional skala besar, kerap memicu krisis kepemimpinan yang memperparah persoalan finansial.

7. Kesulitan Merekrut dan Mempertahankan Talenta Unggul

Dengan berkembangnya startup, muncul tantangan baru untuk bisa merekrut talenta teknis maupun manajerial terbaik, juga mempertahankan talenta berprestasi yang sudah ada agar tidak berpindah ke kompetitor. Sayangnya banyak startup gagal mengatasi problema SDM ini, sehingga organisasi jadi rapuh.

8. Terjebak Zona Nyaman, Kurang Melakukan Inovasi Berkelanjutan

Banyak startup sukses pada mulanya berkat kemampuan melahirkan produk yang unik dan inovatif. Namun begitu mapan, mereka berhenti berinovasi secara agresif. Akibatnya produk dan bisnis model mereka ketinggalan zaman, kalah oleh kompetitor yang lebih gesit dan lebih mengerti kebutuhan konsumen.

9. Persaingan Semakin Sengit Akibat Publisitas Besar

Ironisnya, kabar pendanaan besar yang diterima startup justru kerap mengundang lebih banyak kompetitor baru untuk masuk ke pasar yang tadinya eksklusif. Selain itu pendanaan besar juga mendorong pesaing lama untuk bersaing lebih agresif baik lewat inovasi produk, perang harga, maupun customer poaching. Pada akhirnya, porsi pasar startup jadi menyusut drastis.

10. Terjadi Ketidaksinkronan Visi dengan Investor Soal Arah Pengembangan Bisnis

Kadang perbedaan pandangan antara founder startup dengan manajemen VC soal keputusan strategis berskala besar bisa memicu konflik. Apalagi bila manajemen perusahaan kurang cakap berdiplomasi dan beda frekuensi dengan para investor yang beorientasi profit. Akibatnya stakeholder tidak lagi satu suara.

Ada beberapa lagi faktor lain, tapi itulah 10 faktor penyebab yang kerap membuat sebuah perusahaan rintisan harus mengalami kemunduran usai meraih sukses besar dan prestise mendapatkan investor besar.

Takeaway

Dari 10 faktor itu, bisa ditarik benang merah bahwa sebagian besar startup gagal setelah dapat suntikan dana besar karena: kesalahan model bisnis, operasional yang prematur, dan ekspansi yang terlalu cepat tanpa manajemen arus kas yang mumpuni.

Dengan modal besar, para founder sering tergiur melakukan ekspansi agresif dan investasi gede-gedean di segala area tanpa pondasi operasional yang kuat. Mereka merekrut orang dan membangun infrastruktur secara besar-besaran tanpa validasi apakah unit ekonomi mereka sustainabel, dan bisa mencapai impas dalam jangka waktu tertentu.

Akibatnya, saat model bisnis gagal, maka kerugian finansial yang ditanggung akan sangat masif dan di luar kapasitas startup. Ujungnya adalah kebangkrutan dalam hitungan tahun meski sebelumnya mereka dianggap “unicorn” potensial.

Sebagai pelajaran, modal besar memang bisa memacu pertumbuhan pesat, tapi juga bisnis akan rapuh jika tidak dikelola secara bertanggung jawab.

Para startup founder perlu menahan diri untuk tidak over ambisius, dan mengingat prinsip keberlanjutan agar bisnis bisa terus tumbuh secara organik dalam jangka panjang.

Lebih baik fokus pada satu area, dan pastikan model itu sustainabel sebelum berekspansi terlalu jauh.

Perlu dicamkan bahwa pendanaan raksasa tak otomatis jadi jaminan sukses. Diperlukan fondasi dan manajemen bisnis yang matang untuk menyerap dan mengalokasikan modal besar agar benar-benar bisa mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Selain itu, fokus pada kompetensi inti, inovasi tanpa henti, menjalin sinergi erat dengan mitra strategis, serta memahami psikologi investor adalah beberapa kiat agar startup tidak kehilangan kendali di tengah gempuran gelombang ekspansi dan persaingan global.

Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.


Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Cara Mudah Membuat Product Roadmap
Read More

Cara Mudah Membuat Product Roadmap

Jika saat ini kamu sedang bekerja membangun startup, bayangkan saat ini kamu berada di belantara jutaan perusahaan di dunia, dengan milyaran produk dan layanan. Agar punyamu terlihat menonjol dan berkilau, salah satu dari sekian banyak yang harus kamu pelajari dan kerjakan adalah membuat peta jalan produk ( product roadmap). Ini panduan lengkapnya…
Read More
7 Fase Discovery Proyek
Read More

7 Fase Discovery Untuk Menyelamatkan Startup Anda dari Kegagalan

Banyak founder startup yang semula sangat bersemangat, terpaksa harus kecewa ketika “aplikasi yang menjanjikan” mereka gagal mengesankan user. Namun, mereka yang melakukan proses discovery, memiliki tingkat keberhasilan yang meningkat secara signifikan. Fase discovery membantu Anda untuk menentukan anggaran, mengoptimalkan biaya, mengembangkan strategi, dan waktu tersingkat untuk masuk ke pasar, yang pada akhirnya akan membuat startup Anda berada di jalur tepat menuju kesuksesan
Read More