Selain membaca buku, menulis adalah kegiatan yang saya sukai.
Sementara memang, hari-hari saya dipenuhi oleh pekerjaan yang seolah tidak ada habisnya, dan meeting-meeting yang sambung-menyambung.
Beberapa teman ada yang bertanya, kok bisa sempat saya membaca banyak buku dan menulis, apakah banyak waktu terluang ?
Saya balik bertanya, “Kenapa kamu tidak sempat ?”
Jawaban mereka tentu saja KESIBUKAN.
Sibuk tidak selalu berarti benar-benar melakukan suatu pekerjaan.
Anda mungkin bekerja 100 jam seminggu, tetapi jika Anda tidak mengalami pertumbuhan apa pun secara pribadi, emosional, finansial, maka Anda tidak produktif sama sekali.
Anda hanya capek berputar-putar.
Dalam sebuah penelitian, orang rata-rata punya 28.835 hari (79 tahun) dalam hidupnya,
Ternyata, 84% lebih waktu kita terpakai untuk selain bekerja. Rinciannya ada disini.
Kita menghabiskan waktu dalam jumlah cukup signifikan pada hal-hal yang kita anggap kurang penting
“Give me six hours to chop down a tree and I will spend the first four sharpening the axe”
— Abraham Lincoln
Jadi, mengapa saya harus membaca buku dan menulis ?
Membaca itu seperti mengasah kapak sebelum menebang pohon.
Pikiran saya harus diasah banyak pengetahuan sebelum melakukan tugas-tugas pekerjaan.
Saya menulis untuk mudah membaca ulang apa yang sebelumnya saya ketahui.
(Dan masih banyak alasan lagi yang akan saya sampaikan di lain kesempatan).
Caranya ?
Saya jarang punya waktu luang. Kita semua punya waktu 24 jam.
Saya hanya perlu mengatur fokus.
Coba lihat waktu Anda, kurangi saja waktu menonton atau browsing medsos, tambahkan untuk jam mengasah kapak Anda.
Tidak ada rahasia.
Saya hanya bangun lebih awal, dan mengatur fokus.