Istilah, ekosistem, dan segala sesuatu tentang startup menjadi demikian booming pasca krisis finansial dunia pada tahun 2008, begitu banyak perusahaan-perusahaan rintisan baru bermunculan di seluruh dunia.

Antusiasme dan kehebohan startup belum berhenti hingga sekarang, dan itu kemudian memunculkan beragam definisi tentang startup, yang mungkin Anda pernah dengar.

“Sebuah perusahaan pada tahap awal, dimana para pendirinya berpikir ada permintaan untuk produk atau layanan mereka.”

Atau, ”Perusahaan yang berusia di bawah 5 tahun.”

Atau, beberapa definisi yang mencakup apa saja yang “menyelesaikan masalah” atau “melakukan sesuatu secara berbeda.”


Ada begitu banyak hype seputar startup, sehingga semua orang ingin orang lain berpikir, bahwa itulah yang sedang mereka bangun.

Problemnya terjadi ketika Anda tidak benar-benar paham, lalu masuk dalam hype itu.

Ketika itu tidak tepat untuk bisnis yang sedang Anda bangun, maka bisa jadi itu tidak hanya membuang-buang waktu Anda, tapi juga bisa membunuh bisnis Anda yang sebetulnya bagus.

Mari kita lihat mengapa demikian, dan apa yang seharusnya Anda bangun.

Bisnis Digital vs Startup

Ini yang harus Anda pahami dulu, “Tidak setiap bisnis baru adalah startup”.

Selama beberapa tahun terakhir ini, definisi startup telah berkembang sedemikian rupa, mencakup apa saja, dan segala sesuatu yang menyangkut bisnis baru.

Investor legendaris, salah satu pendiri Y Combinator, Paul Graham, menulis artikel bagus 10 tahun lalu, ia menjelaskan perbedaan antara startup dan bisnis lainnya.

Sangat sederhana, dia menulis bahwa :

Startup = Growth

Dia kemudian menjelaskan bahwa apa yang membuat startup berbeda dari barbershop, atau toko baru yang dibuka di lingkungan Anda, adalah bahwa startup itu memiliki kombinasi dari :

  • Sesuatu yang banyak orang inginkan
  • Kemampuan untuk menjangkau banyak orang

Sedangkan, bisnis biasa dibatasi oleh jumlah orang yang dapat dijangkaunya.

Jadi misalnya, meskipun setiap orang perlu potong rambut, seorang tukang cukur hanya bisa memotong rambut dengan batasan tertentu. Mereka sangat sulit untuk meningkatkan layanan mereka untuk memenuhi permintaan potong rambut di seluruh dunia.

Apa yang benar-benar membedakan startup dengan bisnis biasa adalah, potensi untuk berkembang, dan kemampuan mereka untuk tumbuh cepat untuk mencapai skala itu.

Berdasarkan hal ini, maka sebuah startup perlu punya ide unik untuk diwujudkan, karena jika tidak, yang lain pasti sudah memanfaatkan peluang pasar yang begitu besar, jika itu terlihat jelas menggiurkan.

Menurut Paul Graham, tiga poin penting ini harus dimiliki, dan menjadi “darah” kehidupan sebuah startup :

  1. Potensi untuk di-skala-kan
  2. Pertumbuhan tinggi
  3. Ide unik

Coba sekarang perhatikan,
berapa banyak orang di luar sana yang mengatakan bahwa mereka sedang membangun startup, tapi yang benar-benar memenuhi ketiga kriteria ini? Atau hanya satu saja lah?

Saya pikir tidak banyak.

Dan akibatnya, banyak saran/tips/trik di luar sana yang salah alamat, yang harusnya saran itu ditujukan untuk sebuah startup, tapi dipakai untuk bisnis biasa.

Sehingga, akhirnya itu tidak akan begitu berguna, dan malah bisa merugikan bisnis yang seharusnya dijalankan secara berbeda.

Jadi apa cara yang tepat untuk membangun bisnis yang bukan startup?

Cara Membangun Bisnis Digital Biasa

Dulu, sebelum perusahaan saya Vascomm lahir, dan startup belum menjadi hype di Indonesia, 17 tahun lalu, di tahun 2005 saya dan rekan sudah membuat Voucherkita, bisnis aggregator layanan isi ulang pulsa host to host untuk semua operator. Saat itu, belum banyak yang masuk di bisnis ini.

Kemudian 5 tahun berikutnya di tahun 2010, saya membuat QuickNetpreneur, sebuah layanan seperti shopify, etalase online drag & drop yang siap dalam beberapa menit untuk memasarkan produk.

Dengan perubahan landscape industri yang cepat, layanan-layanan itu harus tutup, dan nama-nama domain itu masih saya miliki hingga sekarang.

Saat ini, saya dan beberapa teman sedang membangun startup VisiCloud. Saya juga terlibat dalam membantu para founder lain untuk membangun startup mereka, baik itu di AMSI, maupun di 1000 Startup.

Tetapi saya juga mempunya bisnis lain Diva Creative, sebuah creative content agency, yang saat ini saya tidak menyebut itu sebagai sebuah startup. Saya juga membuat KelolaHR dan TalentGo yang melayani bidang Human Resources.

Berikut adalah beberapa pelajaran yang bisa saya ambil dalam membangun beberapa bisnis saya, yang pertumbuhannya organik.

Saya menyebutnya bisnis unit, membangunnya bersama dengan tim yang lean, dan inilah cara Anda dapat membangunnya juga.

1. Mulailah dengan ide yang tidak unik

Dunia startup terobsesi dengan ide.

Anda memiliki banyak kerangka kerja keren, yang mengarah pada brainstorming di whiteboard online dan post-it note, yang menghasilkan gambar yang bagus untuk webinar-webinar inovasi perusahaan, dan inkubator startup.

Itu bagus buat startup.

Tapi, kalau bisnis Anda bukan itu, jangan terjebak dalam startup trap ini dalam mencari ide yang sempurna untuk menaklukkan dunia.

Mulailah dengan sesuatu yang tidak terlalu unik, tetapi sesuatu yang Anda tahu dapat Anda lakukan lebih baik daripada orang lain, dan Anda punya value proposition.

Misalnya, kami membuat layanan digital marketing agency Diva Creative tadi, yang saat itu di tahap MVP.

Apakah kami yang pertama melakukan ide bisnis itu? Tidak.

Tapi kami membuatnya lebih sederhana, sesuai kebutuhan pengguna, dan lebih murah, dengan jumlah fungsionalitas yang sama seperti produk lain di luar sana.

Jelas, itu bukan ide yang menggemparkan dunia, tetapi ini adalah awal yang baik, yang membuat kami bisa menjual produk secara online, dan belajar tentang segala hal yang bersangkut paut.

Dan begitu Anda memulai, Anda akan terus memikirkan hal-hal yang lebih besar, dan lebih besar lagi.

2. Jangan menggantungkan semua harapan pada satu hal

Jika Anda merujuk pada definisi Paul Graham, maka sebuah startup harus benar-benar fokus untuk mengembangkan ide besar mereka, sehingga mereka tidak punya waktu untuk terganggu.

Jadi, mereka akan menjadi besar atau gagal, dengan bertumpu pada kekuatan satu produk tunggal mereka.

Nah, sebagai bisnis kecil, Anda tidak harus seperti itu.

Tapi kita sering melihat orang yang mengambil risiko besar dengan menyertakan impian bisnis mereka pada satu “taruhan”.

Salah satu alasan mengapa perusahaan Venture Capital punya portofolio besar dari banyak perusahaan yang berbeda adalah, startup diarahkan untuk berhasil atau gagal dengan cepat. Dan kebanyakan dari mereka gagal.

Tetapi itu tidak berarti bahwa semua bisnis baru harus berisiko tinggi.

Anda bisa mengatur diri Anda dengan cara yang jauh lebih aman, dengan menggunakan konsep yang sama yang dilakukan oleh investor, yaitu diversifikasi.

Dengan kata lain, milikilah banyak aliran pendapatan dari berbagai produk dan keahlian.

Misalnya, Anda bisa melakukan beberapa pekerjaan freelance desain grafis, menjual beberapa produk (milik sendiri atau orang lain) secara online, dan mungkin melakukan beberapa konsultasi berbayar.

3. Mengurangi risiko dengan diversifikasi

Jika Anda melakukan diversifikasi, dan mengerjakan ide-ide yang tidak benar-benar inovatif, Anda secara alamiah mengambil risiko yang jauh lebih kecil, dibanding seseorang yang mencoba melakukan satu hal besar yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Dan di luar itu, Anda bisa juga melakukan hal-hal lain yang bisa menurunkan risiko bisnis baru Anda.

Pertama, Anda bisa memulai beberapa aktivitas bisnis sampingan sebelum benar-benar berhenti dari pekerjaan Anda.

Kedua, keahlian yang Anda kembangkan saat bekerja penuh waktu sekarang ini, bisa menjadi dasar bisnis Anda.

Anda mungkin merasa harus berhenti dari pekerjaan Anda ketika ingin menjalankan ide startup besar. Tetapi Anda tidak perlu berhenti dari pekerjaan Anda, untuk mulai membangun keahlian yang bisa Anda gunakan untuk membangun bisnis kecil.

Cara lain untuk menurunkan risiko memulai bisnis baru adalah dengan fokus pada ceruk pasar di mana tidak ada banyak persaingan.

Itu mungkin adalah hobi yang Anda minati, atau industri tempat Anda bekerja di masa lalu.

Saat nanti Anda melakukan banyak hal disitu, Anda akan bertemu lebih banyak orang di industri tersebut, dan kemungkinan besar akan mendapatkan referensi untuk klien baru, dan calon pengguna produk Anda.

Dan karena itu adalah ceruk pasar, maka lebih cepat untuk membuat nama Anda dikenali disana.

Sementara pada saat yang sama, perusahaan besar menganggap ceruk terlalu kecil untuk dipedulikan, sehingga terjadi lebih sedikit persaingan, dan sangat sedikit produk yang secara langsung memenuhi kebutuhan mereka.

4. Menjaga hubungan baik

Jika saat ini Anda adalah seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan, dan berniat keluar untuk membangun bisnis sendiri, maka menjaga hubungan baik dengan orang-orang di perusahaan Anda sebelumnya itu, menjadi sangat penting.

Bisnis baru Anda bisa jadi sulit berkembang, atau bahkan mati jika Anda keluar dengan meninggalkan kesan buruk, atau bahkan mengkhianati mereka.

Bos Anda sebelumnya, kemungkinan besar mempunyai lingkaran pertemanan dengan para pebisnis lain, atau pemilik perusahaan lain, bahkan perusahaan pesaingnya.

Saat Anda meninggalkan kesan buruk dengan mereka, maka reputasi Anda nanti di luar, akan segera meluas diantara para rekanannya, secara langsung, maupun tidak langsung.

Dan ini akan berakibat buruk pada Anda, dan bisnis Anda.

Sebaliknya, jika hubungan Anda baik, bisa jadi Anda akan mendapatkan rekomendasi, atau dukungan dari perusahaan tempat Anda bekerja sebelumnya.

Takeaway

Secara singkat, setiap bisnis itu punya risiko.

Tetapi startup berisiko lebih tinggi, sedangkan sebagian besar bisnis baru (biasa) tidak perlu demikian.

Ikuti tips berikut untuk membangun bisnis kecil digital yang sukses, alih-alih startup gagal berikutnya :

  • Anda bisa mulai dengan ide bisnis yang tidak unik.
  • Gunakan semua keahlian Anda untuk melakukan diversifikasi.
  • Bangun keahlian sebelum berhenti dari pekerjaan harian Anda.
  • Tetap berpegang pada ceruk pasar (niche)
  • Menjaga hubungan baik

Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.


Elite Success Blueprint

Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Bagaimana Cara Mendapatkan Mentor?
Read More

Bagaimana Cara Mendapatkan Mentor?

Sebanyak 76% profesional yang bekerja, percaya bahwa seorang mentor penting untuk pertumbuhan, tetapi ternyata, lebih dari 54% tidak memiliki hubungan dengan mentor. Penelitian dengan jelas mengungkapkan, bahwa orang-orang yang punya mentor, memiliki kinerja yang lebih baik, kemajuan dalam karir mereka lebih cepat, dan bahkan mengalami lebih banyak kepuasan dalam kehidupan pekerjaannya. Tetapi, seringkali banyak orang yang tidak tahu bagaimana cara mendapatkan mentor, atau cara menjalin hubungan dengan mentor.
Read More