Kerusakan itu tidak cuma dititipkan pada hal-hal yang tampak kotor dan jahat. Ia bisa pula lewat jalan cinta, kasih sayang, dan hal-hal yang tampak mulia.
Titip anak masuk sekolah, misalnya.
Seburuk-buruknya masuk sekolah adalah ia yang sejatinya tidak diterima tapi ngotot ingin diterima meski dengan segala cara.
Ia yang masuk dengan cara seperti ini, nanti keluar pasti akan sulit menghadapi hidup.
Mereka dapat ijazah, dan mungkin juga gelar.
Ijazah itu tanda pernah sekolah.
Gelar itu penanda kualitas ahli.
Tapi betapa banyak orang berijazah seperti tidak pernah sekolah, dan orang bergelar tapi tidak juga punya kualitas.
Kalau mereka masuk instansi, maka itu akan berulang lagi.
Jadi para penyuka segala cara itu, sesungguhnya pemburu kesulitan hidup.
Dan jalan menuju sulit itulah yang sekarang banyak dimudahkan.
Itulah kerusakan.
Pesan Untuk Anakku
Bersekolahlah anakku, ke sekolah yang kamu mau, pintarlah sepintar kamu mampu.
Tapi jadilah anak pintar yang jujur.
Karena kepintaran dan kejujuran adalah dua hal yang tidak sama.
Jujur tanpa kepintaran bisa jadi dungu.
Pintar tanpa kejujuran adalah rusak.
Ya, rusak. Karena orang pintar semacam itu akan tega berbuat apa saja.
Tahukah kau tentang kerusakan negara-negara sekarang ini ?
Sebabnya bukan karena kekurangan orang pintar, melainkan kekurangan orang jujur.
Maka, lihatlah kekacauan yang mereka timbulkan.
—
Jika kamu pintar, janganlah takut menjadi jujur.
Siapa bilang kejujuran itu berat dan pahit ?
Kejujuran itu nyaman dan menyenangkan.
Membuat jiwa tenang dan hati riang.
Jadi kenapa kamu takut pada sesuatu yang membuatmu gembira dan bahagia ?
Sebaliknya, jika kamu jadi penipu, meski hidupmu tampak kaya raya, sesungguhnya kamu tak lebih dari penderita lepra.
Jadi aneh sebetulnya jika ada orang penyakitan tapi bangga pada hidupnya.
—
Maka berangkatlah ke sekolah anakku.
Ke sekolah yang tak cuma bisa memberimu ilmu dan membuatmu pintar, tapi juga bisa meninggikan adab kelakuanmu.