Remote work tidak lagi bisa diterima oleh Elon Musk.

leaked memo tesla
Image source: Daily Mail

Dalam memo internal yang bocor akhir Mei lalu, Elon Musk mengatakan kepada para staf nya di Tesla, “Siapa pun yang ingin melakukan remote work harus berada di kantor minimal 40 jam per minggu, atau tinggalkan Tesla”.

Orang terkaya di dunia itu, dalam tweet nya juga mengatakan bahwa para pekerja remote itu, “berpura-pura bekerja di suatu tempat

Tidak mengherankan sih kalau dia seperti itu. Elon Musk memang konon katanya bekerja 100 jam seminggu, dan dia sangat penuntut.

Seperti yang dikatakan Dolly Singh, mantan kepala akuisisi talent dari SpaceX, “Berlian diciptakan di bawah tekanan, dan Elon Musk adalah pembuat berlian utama.”


Senada dengan Elon Musk, penulis banyak buku, seperti “Blink” dan “The Tipping PointMalcolm Gladwell, berpikir bahwa remote work merugikan masyarakat, dan bahwa resesi kemungkinan akan mendorong karyawan yang “duduk dengan piyama mereka” kembali ke kantor.

Dia mengatakan itu pada podcast nya Steven Bartlett, “Diary of a CEO”, bahwa orang perlu datang ke kantor untuk mendapatkan kembali “rasa memiliki” dan merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.

Sangat sulit untuk merasa dibutuhkan ketika Anda secara fisik terputus,” katanya.

Bekerja di rumah itu bukanlah keinginan terbaik Anda” katanya. “Saya tahu itu merepotkan untuk datang ke kantor, tetapi jika Anda hanya duduk dengan piyama di kamar tidur Anda, apakah itu kehidupan kerja yang ingin Anda jalani ?”.

“Apakah Anda tidak ingin merasa menjadi bagian dari sesuatu ?”.

“Jika kita tidak merasa menjadi bagian dari sesuatu yang penting, apa gunanya ?”, kata dia.

“Jika itu cuma gaji, lalu (kualitas ) hidup seperti apa yang ingin kamu kurangi lagi ?”.

Gladwell menambahkan, “Saya benar-benar menjadi sangat frustrasi dengan ketidakmampuan orang-orang di posisi kepemimpinan untuk menjelaskan hal ini secara efektif kepada karyawan mereka.”

Pilih Remote Work Atau Kembali Lagi Kerja Di Kantor?

Elon Musk adalah orang yang memiliki kombinasi kecerdasan, kerja keras. Visinya telah merevolusi perjalanan ruang angkasa dengan SpaceX dan juga revolusi mobil listrik dengan Tesla. Dia mungkin akan tercatat dalam sejarah, sama seperti Henry Ford atau Thomas Edison abad ini.

Malcolm Gladwell adalah seorang pemikir dan penulis yang brilian. Dia memiliki reputasi pemikiran cemerlang, yang kemudian diadopsi oleh para leader di seluruh dunia.

Pendapat Elon Musk, Gladwell, dan juga banyak lagi dari para eksekutif perusahaan, kemungkinan akan diterima dengan baik oleh para pemimpin pemerintahan, maupun pemimpin industri, yang sebelumnya terpukul oleh pandemi virus corona.

Mereka mendesak pekerja di sektor keuangan, teknologi, dan lainnya untuk kembali ke kantor, dalam rangka mendukung usaha-usaha yang mengandalkan lalu lintas pejalan kaki, seperti penjual makanan, toko, mall, dan usaha lain yang menggerakan arus putaran uang.

Mereka berpendapat bahwa produktivitas dan kinerja perekonomian akan kembali baik jika para karyawan kembali masuk kantor.


Elon Musk dan Gladwell bisa jadi benar pada konteks tertentu.

Tetapi pada konteks yang lain, pendapatnya bisa menjadi kurang relevan.

Paling tidak itu yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian tentang remote work.

Studi menunjukkan bahwa orang bisa bekerja dengan lebih baik dari rumah. Peningkatan produktivitasnya 3% hingga 5%.

Bahkan, orang-orang tidak ingin kembali ke kantor.

Sebuah survei dari Zapier, sebuah perusahaan otomatisasi kerja, menemukan bahwa 32% responden mengatakan mereka sudah berhenti dari pekerjaan, karena mereka tidak bisa bekerja secara remote, dan 61% mengatakan bahwa mereka akan resign untuk mendapatkan kesempatan bekerja yang sepenuhnya remote.

Produktivitas Remote Work Dan Kembali Lagi Kerja Di Kantor

Dimanapun Anda bekerja, di kantor, di rumah, atau dimana saja, Anda bisa produktif, atau tidak produktif sama sekali.

Produktivitas adalah menyelesaikan hal yang benar dan berkualitas dalam waktu paling sedikit.

Itu terkait efektivitas dan efisiensi Anda dalam bekerja.

Efektivitas diukur dari jumlah hasil keluaran yang sesuai harapan atau berkualitas (qualified output).

Seseorang yang efektif dalam bekerja, ditandai dengan kemampuannya dalam mendefinisikan target akhir (qualified output), serta kecakapan dalam mewujudkan solusi yang layak bagi target akhir tersebut.

Sedangkan, efisiensi adalah hubungan antara jumlah keluaran (output) dari sejumlah masukan (input). Semakin efisien berarti, untuk sejumlah input akan dihasilkan lebih banyak output.

Beberapa hal umum yang sering terjadi adalah, seorang yang sangat efisien bekerja, tapi hasilnya tidak efektif.

“Efficiency is doing things right. Effectiveness is doing the right things.”

– Peter Drucker

Jason Fried dalam bukunya Rework mengatakan, “interupsi adalah pembunuh produktivitas”.

Seseorang menjadi produktif, bukan karena panjang jam kerjanya, namun, bagaimana di jam kerja yang ada, ia mampu memberikan qualified output untuk perusahaan.

Kapan Anda benar-benar bekerja secara fokus dan mendalam (deep work) ? Kapan terakhir kali Anda benar-benar bekerja penuh selama 3-4 jam ?

Kondisi umum yang terjadi di kantor saat ini, jam kerja yang seharusnya 8 jam, ternyata hanya terdiri dari beberapa menit pekerjaan yang terputus-putus, kecil-kecil, dan tersebar sepanjang hari, yang itu jika ditotal tidak lebih dari 4 jam. Sisanya adalah interupsi : chat, gosip, makan, sosial media, dll.

Parahnya lagi, jika mereka bekerja di luar jam kantor, ada tuntutan uang lembur.

Remote Work Bukan Memindahkan Pola Kerja Kantoran

Bekerja secara remote sudah jelas ada plus minusnya.

Minusnya, terutama pada interaksi dan komunikasi non-verbal. Kita tidak bisa merasakan bahasa tubuh pada kerja remote.

Risiko-risiko lain pada remote work adalah turunan dari hal itu: kontrol pekerjaan, bonding tim, turunnya motivasi, leadership, dan tanggung jawab.

Ada juga risiko yang merupakan “keuntungan tersembunyi” lainnya dari kerja remote, yang bisa jadi mengganggu produktivitas jika orangnya tidak bertanggung jawab. Yaitu bekerja di rumah sambil merawat anak, atau kegiatan rumahan lainnya.

Perusahaan yang menerapkan full remote work jelas mempunyai risiko-risiko di atas, dan kekeliruan terbesar adalah memindahkan pola dan budaya kerja kantoran ke cara bekerja remote.

Banyak perusahaan tidak siap mengadopsi pola kerja baru, saat karyawannya bekerja dirumah (WFH) saat pandemi dulu. Mereka melakukan Zoom meeting seharian.

Beberapa perusahaan bahkan ada yang mewajibkan Zoom-nya harus terus menerus on selama bekerja di rumah.

Dan itu menyebabkan kekacauan mental, yang kemudian mengakibatkan penurunan produktivitas.

Jadi Bagaimana?

Perubahan sangat cepat terjadi di semua hal, termasuk konsep cara bekerja. Jika Anda tidak mampu mengikuti perubahan, hampir pasti Anda tergilas jaman.

Jadi apa yang harus Anda lakukan jika Anda adalah pemilik atau pemimpin perusahaan ?

Jawaban singkatnya, buatlah cara bekerja yang membuat tim Anda nyaman.
Mereka bisa bekerja darimana saja, di rumah, di kafe, di taman, juga di kantor.

Jika karyawan nyaman bekerja, mental mereka sehat, mereka bahagia.

Itu akan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada produktivitas perusahaan.

Dalam hal ini, budaya perusahaan sangat berperan.

Budaya itu lahir dari nilai-nilai baik yang dilakukan setiap hari. Budaya terbentuk dari serangkaian tindakan yang dilakukan secara bersama-sama .

Hampir semua budaya perusahaan yang berhasil, berawal dari visi yang dikomunikasikan ke seluruh tim, lalu dituangkan dalam peraturan yang tertulis secara detil, rapi, konkrit, bisa dilihat, bisa dibaca, lalu bisa dilakukan oleh semua orang.

Nah, jika budaya perusahaan Anda belum mendukung konsep ini, masih ada waktu untuk memperbaikinya.

Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.

Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Berpikir Ala Jenius Dengan First Principle Thinking
Read More

Berpikir Ala Jenius Dengan First Principle Thinking

Cara berpikir para jenius di dunia memiliki satu kesamaan, yaitu mereka banyak berpikir tentang cara mereka berpikir. Elon Musk dan juga beberapa entrepreneur hebat lainnya menggunakan kerangka kerja yang disebut dengan First Principle untuk menyusun pemikiran mereka. Sebuah kerangka cara berpikir (penalaran), dengan cara menggali suatu hal sampai ke esensi dasarnya, sehingga hal itu tidak lagi diselimuti oleh asumsi-asumsi lain, dan tidak bisa diurai lebih dalam lagi. Kemudian dari esensi dasar itu, dibangun sebuah pemikiran sendiri. Bagaimana Anda juga bisa melakukannya ?
Read More
Rahasia Sukses Dengan Investasi Waktu
Read More

Rahasia Sukses Dengan Investasi Waktu

Kalau Anda belum punya uang untuk diinvestasikan, maka investasikanlah waktu Anda. Kebanyakan orang tidak menjadi lebih baik dari lima tahun lalu karena mereka hampir tidak menginvestasikan waktu untuk meningkatkan diri dalam ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan networking mereka.
Read More