Akhir Oktober 1945, pasukan sekutu nekat mengibarkan bendera Belanda di puncak Hotel Yamato (sekarang hotel Majapahit).
Penduduk kota Surabaya memanas.
Perwakilan dari rakyat Surabaya, meminta mereka menurunkan benderanya, Belanda yang menolak, hingga terjadi perkelahian di lobi hotel.
Sejak itu bentrokan makin kerap terjadi.
Sekutu menuduh pembunuhan Mallaby dilakukan oleh rakyat Surabaya, padahal Kontak Biro mengatakan Mallaby tewas akibat kecelakaan.
Mereka kemudian mendatangkan pasukan baru, dan mengeluarkan ultimatum agar seluruh pimpinan dan orang-orang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang ditentukan. Batas waktu ultimatum adalah pada 10 November 1945 pukul 06.00.
Semakin marah, rakyat Surabaya lantas membuat pertahanan di dalam kota yang dikomandoi oleh Sungkono, dan mengundang seluruh unsur masyarakat untuk mempertahankan kota Surabaya serta menjaga kedaulatan Indonesia.
Bung Tomo membakar semangat juang rakyat Surabaya melalui stasiun radio. Dia tidak mengirim undangan, dan tidak ada sosial media yang membuatnya viral.
Bagaimana itu bisa terjadi ?
Bung Tomo bukanlah satu-satunya orang di Surabaya yang merupakan orator hebat. Dia bukanlah satu-satunya orang di Surabaya yang rela berkorban.
Namun dia memiliki karunia.
Dia tidak berkeliling memberi tahu orang-orang apa yang dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Dia berpidato memberitahukan orang-orang tentang apa yang kita semua yakini.
“…Dan kita yakin, saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar…”, katanya ke orang-orang.
Dan orang-orang yang percaya apa yang ia yakini, lalu mengambil perannya, dan menceritakan ke orang-orang lainnya.
Jadi, berapa orang yang datang untuk Bung Tomo? Tidak ada.
Mereka datang untuk diri mereka sendiri.
Mereka datang untuk sesuatu yang mereka yakini, tentang mempertahankan kota Surabaya, dan menjaga kedaulatan Indonesia.
Dan akhirnya, meletuslah pertempuran pada 10 Nopember 1945.
Sebanyak 1.600 prajurit sekutu tewas, hilang, dan luka-luka, serta puluhan alat perangnya rusak hingga hancur.
20 ribu rakyat Surabaya menjadi korban, tetapi kedaulatan Indonesia ditegakkan !
Kita kembali ke masa sekarang.
Saat ini kebaikan lebih banyak dikatakan di baliho. Setiap orang bisa mengatakan hal-hal baik.
Tapi, coba dengarkan beberapa politikus atau beberapa pimpinan saat ini dengan rencana-rencana indahnya.
Mereka tidak menginspirasi siapapun !
Ada pimpinan, dan ada yang memimpin.
Pimpinan memiliki kekuatan atau wewenang. Tetapi mereka yang memimpin lah yang akan menginspirasi kita.
Sebagai individu atau organisasi, kita mengikuti mereka yang memimpin, bukan karena kita diharuskan, tapi karena kita menginginkannya.
Kita mengikuti mereka yang memimpin, bukan untuk mereka, tetapi untuk diri kita sendiri.
Dan mereka yang mulai dari “mengapa” lah yang memiliki kemampuan untuk menginspirasi orang-orang di sekitarnya.
Mereka yang mampu memberi teladan lah yang mampu menggerakkan orang-orang.