Jika kamu langsung kesini, silakan untuk mengikuti bagian pertama disini.
Menemukan orang-orang yang tepat untuk mendukungmu sebagai sebuah tim tentu saja sebuah proses yang tidak mudah. Kegiatan ini akan menghabiskan banyak waktu dan pikiran. Setiap langkah harus dilalui satu demi satu. Organisasi startupmu akan berubah sesuai tahapan usaha. Ini terkait dengan kebutuhan dan kompleksitas yang dihadapi.
Seed, atau bibit, adalah istilah bagi startup yang berada pada tahap pengembangan ide menjadi prototype. Tim pada tahapan ini biasanya hanya beranggotakan 1 – 2 orang, dan mereka bisa menyebut masing-masing sebagai CEO dan CTO.
Pada tahapan berikutnya, pengembangan produk sudah selesai dan startup mulai tumbuh. Mereka bisa saja berkembang menjadi 5 – 10 orang anggota tim, dengan tugas yang berbeda, seperti pada akuisisi pelangan, teknologi, product development, dan finance. Bahkan, di tahap ini bisa saja mereka mengangkat advisor. Inilah yang disebut sebagai tahap awal sebuah startup (early).
Mulai Merekrut Teamwork
Beberapa hal mendasar dan prasyarat untuk membentuk tim yang hebat sudah kamu ketahui di tulisan sebelumnya. Cara kolaborasi di awal juga sudah kamu ketahui. Kini saatnya kamu sebagai seorang founder, mulai mencari dan merekrut orang-orang tersebut.
Sebagai seorang founder yang memiliki mindset entrepreneur, kamu harus memikirkan short-mid-long term goals.
Aturan pertama untuk perekrutan yang tidak boleh kamu abaikan adalah, jangan mempekerjakan orang yang sama seperti kamu, rekrutlah orang untuk menutupi kekurangan dan mengatasi kelemahanmu. Kalau perlu, rekrutlah orang yang lebih pintar dari kamu. Misalnya, jika kamu orang yang berpikir strategis, fokus memikirkan jangka panjang, maka rekrutlah orang yang taktis untuk mengatasi kondisi saat ini.
Pada tulisan pertama, ada dua hal mendasar, yang harus kamu perhatikan dalam membangun tim, yaitu talent dan personality. Buatlah tim dengan menggabungkan dua jenis orang tersebut.
Talent yang seperti apa ?
Ini tergantung pada industri yang sedang kamu kerjakan di startupmu, produk yang perlu kamu buat, segmen pelanggan yang ingin kamu bangun, tahapan startupmu saat ini, dll. Jadi penentuannya akan sesuai konteks dan keadaan.
Rekrutlah orang-orang dengan talent yang sesuai dengan kebutuhan kamu saat ini, yang akan segera dibutuhkan, dan yang nanti akan dibutuhkan. Dengan kata lain, kamu hanya perlu merekrut orang-orang berbakat dengan keterampilan yang dapat digunakan oleh startupmu dari waktu ke waktu sesuai tahapan perjalanan bisnis.
Buatlah dulu tim inti startupmu yang terdiri dari individu-individu berbakat (talented). Sedangkan jika kamu membutuhkan satu jenis keahlian, yang itu tidak dimiliki oleh tim inti ini saat ini, silakan kamu menggunakan freelancer.
Personality itu seperti apa?
Beberapa orang ada yang meyakini bahwa personality yang baik, dan talent yang baik itu seringkali bertolak belakang. Maksud saya, banyak orang mengatakan bahwa orang-orang jenius dan orang-orang berbakat itu harus ditoleransi sebagai orang yang nyentrik, nyeleneh, dan “semau gue”.
Menurut saya, itu tidak benar.
Terdapat sedikitnya 5 dasar personality (kepribadian) yang harus diterapkan di semua startup, di semua tim, atau bahkan di semua lini kehidupan.
Kepribadian ini bisa dimiliki oleh para talent sejak awal, terlepas dari konteks pekerjaannya.
Jadikan lima disposisi ini sebagai pra-syarat kepribadian minimum untuk bergabung dengan tim kamu :
- Memiliki energi positif.
Mereka memiliki sikap yang terbuka, dan punya daya tahan yang tangguh. - Mengambil tanggung jawab pribadi.
Orang seperti ini tidak menyalahkan orang lain atau lingkungan, jika hasil pencapaiannya tidak bagus. - Mempunyai beberapa sudut pandang dan alternatif dalam mengambil tindakan.
Mereka mempunyai kemampuan untuk menguji asumsi dan memanfaatkan peluang yang ada, mampu dan mau untuk membuat kemajuan dengan informasi dan pengetahuan yang tidak lengkap. - Bisa menyikapi dan memandang sesuatu secara lebih baik.
Mereka bisa mengesampingkan kepentingan pribadi untuk memahami dampaknya bagi orang lain, jika ia mendapatkan pujian maka ia akan mengatakan bahwa itu juga karena andil dan peran orang lain. - Cenderung membagi tugas dengan orang lain, atau membentuk tim-tim kecil.
Mereka akan senang bekerja secara kreatif dan berbagi energi positif kepada teman yang lain, alih-alih membentuk kelompok-kelompok yang besar untuk menyelesaikan tugas itu.
Memilih co-Founder
Kita tidak mungkin memiliki dan menguasai dengan baik semua keahlian. Salah satu jalan keluarnya adalah memilih rekanan atau mitra, yakni orang yang memiliki kemampuan membuat core product yang dibutuhkan usaha kita, dan menjadikan orang tersebut sebagai salah satu pendiri atau pemilik usaha, bukan sebagai karyawan. Harapannya adalah, mitra kita tersebut bisa terikat lebih kuat dengan usaha awal kita, karena dia juga ikut memiliki perusahaan.
Rekanan, mitra atau partner bisnis aktif seperti inilah biasa disebut sebagai co-founder. Dia adalah sesama pendiri.
Memilih co-founder, hampir sama seperti memilih pasangan hidupmu. Memilih co-founder yang salah bisa berakibat bisnis kita berantakan. Banyak masalah terjadi di kemudian hari karena perselisihan yang seharusnya sejak awal sudah bisa dihindari dengan memilih co-founder yang tepat.
Ada beberapa hal yang harus sungguh-sungguh kamu perhatikan untuk mendapatkan co-founder yang baik. Berikut ini di antaranya :
1. Jangan rekrut pencari kerja
Seorang pencari kerja butuh keamanan dan stabilitas dalam bentuk kepastian penghasilan rutin. Sementara startup, terutama di tahap-tahap awal pendirian, adalah penuh dengan ketidakpastian, ancaman, dan bisa bubar sewaktu-waktu.
Jadi carilah mereka yang berjiwa entrepreneur, karena mereka memiliki kemampuan untuk mengelola ketidakpastian dan ketidakstabilan.
2. Kompetensi yang dibutuhkan sesuai realitas tahapan usaha
Misalkan kamu berkeinginan membuka usaha di bidang cafe & resto, dan kamu tidak bisa memasak. Maka carilah chef yang handal, karena kompetensinya dibutuhkan saat ini. Jangan dulu merekrut tenaga akunting misalnya, karena itu belum dibutuhkan pada tahapan ini, karena kamu mungkin bisa mengerjakannya sendiri. Jadi, carilah orang dengan keahlian yang kamu butuhkan sesuai dengan realitas tahapan usahamu.
3. Kompetensi yang saling melengkapi
Memulai usaha diperlukan beberapa sumber daya, bukan cuma uang, tapi juga keahlian. Bisnis cafe & resto mu tidak bisa didirikan oleh dua orang yang sama-sama punya uang, tapi tidak punya keahlian memasak. Sebaliknya, bisnis kamu juga tidak bisa didirikan oleh dua orang yang sama-sama ahli memasak tetapi tidak punya modal uang. Bisnismu hanya baru bisa didirikan oleh dua orang yang punya keahlian memasak, dan satunya lagi punya modal uang. Maka carilah co-founder dengan kompetensi yang saling melengkapi, sesuai tahapan usahamu.
4. Bersikap profesional
Co-founder tidak harus keluarga atau teman dekat. Karena belum tentu mereka punya karakter dan mental seorang founder. Yaitu mereka yang harus menghadapi ketidakpastian dan chaos yang mungkin terjadi di awal-awal masa pendirian startup.
Bisa jadi teman-teman atau keluargamu lah yang memberikan saran atau bahkan ide bisnis kepadamu. Tapi itu tidak lantas kamu bisa menjadikan mereka sebagai co-founder. Singkirkan rasa tidak enak hati, kalau ternyata mereka tidak punya kompentensi, karena hal itu bisa merugikanmu dan bisnis itu sendiri.
Pertama, tingginya kompleksitas karena banyaknya pendapat. Kedua, peran yang tidak jelas di antara mereka akan menciptakan ketimpangan tugas sehingga bisa menimbulkan kecemburuan, bahkan konflik di kemudian hari.
Magnet Selanjutnya Adalah Budaya Perusahaan
Jika startup sudah pada tahapan awal, dan sudah mempunyai beberapa orang dalam tim kamu, maka magnet kedua untuk menarik orang-orang hebat selanjutnya adalah budaya perusahaanmu. Ini merupakan kelanjutan dari basic rules yang sudah kamu tetapkan di tahap awal kolaborasi (lihat pada bagian pertama)
Budaya perusahaan adalah nilai-nilai positif apa yang menjadi inspirasi tim kamu dalam bekerja. Orang yang tepat untuk startupmu adalah orang yang tidak sekedar menanyakan berapa mereka akan digaji. Tetapi, mereka akan menanyakan bagaimana lingkungan bekerja mereka nanti (work environment), kebiasaan dan hal-hal apa yang bisa membuat mereka tumbuh.
Misalkan di startupmu mempunyai budaya “open mind”. Beritahukan kepada mereka saat kamu melakukan campaign advertise lowongan pekerjaan, bahwa :
Di startup kami, semua orang mempunyai sikap rendah hati untuk menerima pendapat orang lain; Kami senang dikritik agar tumbuh dengan benar; Kami dengan senang hati menerima pendapat teman lain yang lebih baik; Kami sadar jika pikiran kami tidak terbuka dan merasa sudah pintar, maka sesungguhnya kami adalah orang yang bodoh.
Nilai budaya perusahaan boleh lebih dari satu, misalkan kita di VASCOMM, kita mempunyai nilai-nilai budaya : Integrity (jujur terpercaya), High Skilled, Innovative, Teamwork, Collaboration, Open Mind, Have fun.
Shalat berjamaah di masjid juga bisa menjadi budaya startup kamu yang wajib dilakukan. Jadi setiap kali masuk waktu shalat fardhu, semua harus berhenti. Tidak ada yang lebih penting daripada panggilan Allah lewat adzan. Bagi laki-laki, wajib untuk shalat berjamaah di masjid terdekat dengan kantor kamu.
Karena setiap level orang yang ingin kamu aja bergabung itu beda, tempat dan cara mendekatinya juga berbeda. Pada seri tulisan selanjutnya, akan saya share dimana tempat tepat untuk mencari dan mengumpulkan mereka, dan bagaimana caranya. Siapa yang harus melakukan, dimana mencarinya ?