Saya pernah bertanya dalam hati: kenapa saya tiba-tiba suka membaca buku-buku berat, mulai memperhatikan cara bicara, bahkan jadi peduli pada masa depan lima tahun ke depan?
Ternyata bukan karena saya berubah sendiri. Tapi karena saya mulai sering nongkrong bareng orang-orang yang memang begitu. Yang kalau buka obrolan bukan lagi “Kopi hitam apa susu?” tapi “Kita bikin apalagi ya?”
Lama-lama, isi kepala saya jadi mirip.
Dan itu bukan sulap. Itu sains. Itu juga agama.
"Ruh-ruh itu seperti pasukan yang berkumpul," sabda Nabi. Kalau saling kenal, mereka akan menyatu. Kalau tidak, akan saling menjauh.
(HR. Bukhari & Muslim)
Artinya, sebelum kamu memilih circle, sebenarnya jiwamu sudah lebih dulu memilih.
Orang-orang yang kamu rasa nyaman bersamanya, sering kali bukan cuma karena mereka lucu, seru, atau satu hobi. Tapi karena mereka sejenis. Dan itulah kenapa mereka berbahaya, atau bisa juga menyelamatkan.
Karena cepat atau lambat, kamu akan seperti mereka.
Kalau kamu sering ngumpul sama orang yang sinis dan malas, kamu akan mulai tertawa saat ada orang lain bermimpi besar.
Kalau kamu terlalu sering duduk bareng orang yang suka gosip dan membandingkan nasib, kamu akan ikut merasa hidup ini perlombaan yang sudah kamu kalah sebelum mulai.
Tapi jika kamu duduk bersama orang yang berpikir besar, saling menepuk punggung saat gagal, dan merayakan kemenangan orang lain seperti kemenangan sendiri, kamu akan tumbuh. Walau pelan, tapi pasti.
Dan ini bukan berarti kamu harus mengasingkan semua temanmu.
Bertemanlah dengan siapa pun. Tapi berkumpullah secara rutin, dalam-dalam, dan jujur, dengan mereka yang terbaik.
Dalam bukunya Big Potential, Shawn Achor menyebutkan bahwa orang yang berhasil bukan karena mereka jenius sendirian, tapi karena mereka tahu siapa yang harus dekat, dan siapa yang cukup dikenal dari jauh.
Ia menyebut tiga jenis teman dekat yang harus kamu punya.
Yang pertama: mereka yang jadi pilar. Yang tetap ada bahkan saat kamu nggak lucu, nggak sukses, nggak berguna. Mereka yang diam-diam mendoakan, saat kamu bahkan lupa berdoa.
Yang kedua: mereka yang jadi jembatan. Yang mengenalkan kamu pada dunia baru, orang baru, peluang baru. Kadang mereka nggak selalu dekat, tapi dampaknya besar.
Dan yang ketiga: mereka yang jadi pendorong. Yang mendorong kamu ke luar zona nyaman, meski kamu belum siap. Mereka yang berani membuat kamu tidak nyaman, karena mereka ingin kamu naik level.
Kalau hidupmu akhir-akhir ini terasa stuck, mandek, atau muter di situ-situ saja, coba lihat siapa yang paling sering duduk bersamamu.
Di meja makan. Di obrolan WhatsApp. Di suara-suara yang kamu dengar sebelum tidur.
Karena tanpa sadar, kamu sedang menjadi seperti mereka.
Dan jika kamu tidak memilih siapa yang kamu dekati, maka kamu akan dibentuk oleh siapa pun yang kebetulan datang.
Maka hati-hatilah. Bukan karena kamu sombong, Tapi karena kamu sedang tumbuh.