Saya mau jual pensil ini kepada Anda dengan harga 100 juta, mau beli ?
Kalau Anda waras, tentu saja ora sudi!
Tapi tunggu, coba baca ini dulu…
11 Juni 1969, saat berjalan di jalan-jalan Barcelona, Bapak saya mendapat kejutan yang sangat tidak terduga. Dia melihat sosok yang sangat dikenalnya.
Dia membelalakkan matanya, meraih kacamatanya sambil berkedip cepat dengan separo tidak percaya.
“Apakah itu Pablo Picasso? Orang itu sangat mirip dengannya!”
Karena tidak bisa menahan rasa penasaran, bapak saya berlari cepat menyeberangi jalan untuk mendekat.
Yang membuat bapak saya takjub adalah, memang ternyata Pablo Picasso sendiri yang sedang berjalan.
“Maestro! Maestro! Hola!”, seru bapak saya bersemangat sambil mengejar seniman tersebut.
“Maestro! Maestro! Halo! Bisakah saya berbicara dengan Anda sebentar?”
Master Picasso cukup baik untuk berhenti, dan memberi bapak saya jabat tangan yang hangat.
“Saya penggemar berat Anda”, kata bapak saya dengan penuh semangat.
Akhirnya terjadi percakapan yang menyenangkan, sementara mereka berdua terus berjalan menyusuri jalan.
Setelah beberapa menit, bapak saya berkata, “Maestro, bolehkah saya meminta tanda tangan Anda?”
“Dengan senang hati saya akan melakukannya”, kata master Picasso kepada bapak saya.
Secepat mungkin bapak saya mengambil kertas dan pensil ini dari ranselnya.
Picasso mengambil pensil ini, dan dalam 5 detik menggambar unta untuk bapak saya, menandatanganinya, dan memberikan jabat tangan hangat lagi kepada bapak saya.
Picasso melanjutkan berjalan menyusuri trotoar…
Jantung bapak saya berpacu kencang. Dia duduk di trotoar selama beberapa menit, dengan perasaan tidak percaya. Ini adalah hari paling beruntung dalam hidup bapak saya…
Ngomong-ngomong, gambar unta-nya tidak untuk dijual. Tapi jika Anda tertarik, saya bisa menjual pensil yang digunakan Master Picasso untuk menggambar ini.
Apakah Anda ingin memiliki sepotong sejarah seharga 100 juta?
Jadi, bagaimana cara menjual satu buah pensil dengan harga 100 juta ?
Bangun cerita seputar pensil itu, dan tingkatkan nilai emosionalnya !
Eh, ngomong-omong, ini saya cuma berbagi tips lho ya, BUKAN kisah nyata.
Bapak saya tidak pernah ke luar negeri selama hidupnya 🙂
Tapi Anda tahu point-nya kan ?