Pada tanggal 6 Pebruari 2023 lalu, Google mengumumkan “Bard”, AI chatbot yang akan menjadi saingan ChatGPT (OpenAI-Microsoft), akan tersedia lebih luas untuk umum dalam beberapa minggu mendatang.
Tetapi Bard tidak mengawalinya dengan baik.
Chatbot itu memberikan jawaban yang tidak akurat, yang terlihat hanya beberapa jam sebelum acara peluncuran Bard di Paris.
Google memposting video GIF pendek Bard beraksi melalui Twitter, menggambarkannya sebagai “launchpad untuk rasa ingin tahu” yang akan membantu menyederhanakan topik-topik yang kompleks.
Dalam iklan tersebut, Bard diberi pertanyaan, “Penemuan baru apa dari Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) yang dapat saya ceritakan kepada anak saya yang berusia 9 tahun?”
Bard menanggapi dengan 3 poin jawaban, termasuk mengatakan JWST digunakan untuk mengambil gambar pertama dari sebuah planet di luar tata surya bumi.
Jawaban itu tidak akurat, karena gambar pertama di luar tata surya bumi ternyata diambil oleh Very Large Telescope (VLT) Observatorium Eropa Selatan pada tahun 2004, sebagaimana dikonfirmasi oleh NASA – National Aeronautics and Space Administration.
Akibatnya, saham perusahaan induk Google, Alphabet Inc. langsung kehilangan lebih dari US $120 miliar (sekitar 10% dari nilai pasarnya) minggu ini.
Pelajaran:
Pentingnya proses pengujian yang ketat diikuti dengan verifikasi dan validasi.
Bahkan Google pun masih kecolongan.
Akankah Mesin Pencari Google Segera Ditinggalkan?
Pencipta Gmail Paul Buchheit mengatakan, AI chatbot (seperti ChatGPT), akan menghancurkan Google dengan cara yang sama seperti dulu Search Engine membunuh Yellow Pages.
“Google mungkin hanya berjarak 1 – 2 tahun dari disrupsi total,” katanya.
Dia juga mengatakan bahwa kemajuan dalam AI seperti ChatGPT, bisa membuat mesin pencari Google menjadi tidak relevan lagi.
Paul Buchheit bisa jadi benar!
Sudah hampir dua bulan ini saya jarang memakai google. Masih sih, tapi kalau dulu katakanlah 10-20 kali googling dalam sehari, tapi sekarang paling cuma 2-4 kali.
Saya berangsur-angsur beralih ke ChatGPT. Dan kemungkinan besar Anda juga?
Ini sekaligus mengingatkan saya tentang buku lama dari Danny Miller, “The Icarus Paradox: How Exceptional Companies Bring About Their Own Downfall”
Paradoks Icarus mengacu pada fenomena bisnis yang turun secara tiba-tiba setelah mengalami periode kesuksesan yang nyata, di mana kegagalan ini disebabkan oleh unsur-unsur yang menyebabkan kesuksesan awal mereka.
Nama Icarus sendiri berasal dari mitologi Yunani, yang diceritakan jatuh tenggelam ke laut setelah terbang terlalu dekat dengan matahari. Sayapnya yang terbuat dari bulu, benang, dan lilin lebah habis terbakar.
Kegagalan sayap yang memungkinkannya melarikan diri dari penjara dan terbang melintasi langit itulah yang akhirnya menyebabkan kematiannya.
Itulah paradoks.
Menurut Miller, kesuksesan akan membuai perusahaan menuju kegagalan melalui kepercayaan diri yang berlebihan, kepuasan diri, spesialisasi, hal-hal yang berlebihan, aturan-aturan, dan “ritual-ritual” agile.
Itu akan membuat mereka menjadi tidak mampu mengikuti ancaman pesaing baru, permintaan konsumen yang berubah, model bisnis yang baru dikembangkan, dan perubahan lingkungan eksternal.
Bagaimana pendapat Anda?