Fenomena Job-Hopping

Report dari Michael Page menyebut bahwa rata-rata 81% pekerja di Asia Tenggara berencana resign dari tempat kerjanya dalam waktu 6 bulan ke depan pada 2022 ini, termasuk Indonesia.

Pekerja tingkat pemula menjadi yang paling banyak berencana resign (81%), diikuti oleh posisi manajer 78% dan manajemen senior 76%.

Generasi Z paling banyak memiliki rencana resign, yakni 76%, disusul milenial dan generasi X dengan persentase sama sebesar 74%.

man in white dress shirt carrying green and black backpack
Photo by Artem Podrez on Pexels.com

Job-hopping adalah fenomena individu yang bekerja secara singkat dari satu posisi ke posisi yang lain, dibandingkan bertahan pada satu pekerjaan atau perusahaan, dalam waktu yang lama.

Mereka melakukannya karena :

  • Faktor individu
    Self-fulfillment, pengembangan diri, dan work-family conflict.
  • Faktor perusahaan
    Kompensasi, lingkungan kerja, sistem promosi, dan budaya perusahan.

Job-hopping tentu saja punya sisi negatif dan positif.

Dari sisi negatif sudut pandang perusahaan, mereka tidak dapat dipercaya, dikenal tidak sabar, dan tidak loyal. Sedangkan, dari sisi negatif sudut pandang individu pelaku, terkait curriculum vitae dan adaptasi.

Job-hopping bisa juga dilihat dari sisi positif terkait dengan pengalaman, relasi dan pengetahuan yang luas.


Job-hopping sebetulnya sudah ada sejak lama, tetapi saat ini semakin meningkat seiiring shifting generasi.

Berdasarkan pengalaman, sebagian job-hopper akan sukses jika mereka punya ”escape plan”, yaitu sebuah perencanaan untuk meraih financial freedom, dengan menjadi entrepreneur, investasi, atau kegiatan yang menghasilkan multi-income.

Tetapi sayangnya, sebagian besar dari mereka akan terus terjebak dengan meloncat dari pekerjaan satu ke yang lain untuk memperoleh gaji lebih tinggi.

Tidak sadar usia mereka menjadi tua, lalu digantikan oleh yang lebih muda dan pintar, kemudian berakhir dengan keadaan keuangan yang pas-pasan di usia tua.

Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like

Kisah Apple-Microsoft: Bersaing Tidak Harus Dengan Saling Menjatuhkan

Pada awal tahun 1990-an, Apple dan Microsoft bersaing untuk mendominasi pasar komputer pribadi. Namun, pada tahun 1997, Apple kehilangan dominasinya, kehabisan uang, dan terancam bangkrut. Mereka kemudian meminta bantuan saingan terbesarnya, Microsoft. Pesaing besarnya itu setuju untuk menginvestasikan US $150 juta di Apple dalam bentuk saham preferen dengan beberapa syarat. Investasi dari Microsoft memberikan Apple waktu untuk mengembangkan produk baru dan memperkuat bisnisnya. Tahun itu juga momen kembalinya Steve Jobs sebagai CEO yang kembali membawa kesuksesan bari perusahaan. Bagaimana kisahnya?
Read More

Apa Itu Fail Fast?

Keberhasilan membutuhkan banyak kesabaran dan ketekunan. Itu mengharuskan Anda untuk bereksperimen terus menerus tanpa rasa takut. Anda perlu gagal lebih cepat, belajar lebih cepat, memperbaikinya lebih cepat, agar sukses juga lebih cepat. Konsep besarnya adalah iterasi build-measure-learn. Semakin cepat kita melakukan satu siklus iterasi, semakin cepat pula kita berhasil memberi solusi yang dibutuhkan pemakai.
Read More