Pernahkah kamu bertemu orang yang biasa saja ilmunya, tapi menyapa semua orang dengan ramah, atau yang selalu tak lupa bilang terima kasih, atau mereka yang ringan meminta maaf, dan saat kamu bercerita, dia mendengarkan dengan mata yang penuh perhatian?
Saya jelas menyukai orang yang menyenangkan seperti itu. Saya yakin kamu juga.
Banyak orang masih berpikir hidup ini tentang otak dan otot. Seberapa cepat kamu berpikir, seberapa banyak kamu bisa kerjakan. Padahal ada yang lebih penting: sikap dan sifat.
Terlalu banyak orang yang katanya ilmunya tinggi, tapi adabnya pendek.
Malas senyum, tiap kali ngomong seperti sedang marah pada dunia.
Bagi-bagi link dakwah di grup, tapi tidak pernah bilang izin.
Kritik karya orang, tapi tidak pernah bilang terima kasih saat pakai referensinya.
Bicara “akhlaq Rasulullah”, tapi bales chat pun kadang tidak.
Ramai bicara surga, tapi lupa memberi ruang kepada orang lain bicara.
Itu semua bukan soal kurang ilmu. Itu soal kurang adab.
Adab itu bukan aksesoris. Ia bukan “tambahan opsional” bagi orang saleh. Ia adalah jubah pertama yang dikenakan oleh orang berilmu.
Seseorang tidak bisa bilang, “yang penting akhirat”, tapi di dunia, wajahnya masam, lisannya kasar, ucapannya tajam ke sesama.
Adab itu jalan tol yang membuatmu dihormati bahkan sebelum gelar disebutkan.
Senyum sederhana bisa membuka hati. Ucapan terima kasih bisa membuka pintu rezeki. Bilang “izin share ya” bisa membuat orang merasa dihargai. Menghargai karya orang lain, sekecil apapun, membuatmu besar di mata sesama.
Dan satu lagi:
Mendengar dengan sungguh-sungguh adalah bentuk adab yang paling jarang dimiliki oleh orang yang merasa tahu segalanya.
Jadi kalau hari ini kamu belum sepintar orang lain, belum sehebat mereka dalam presentasi, belum sekaya mereka dalam pengalaman, tapi kamu punya adab, punya sopan santun, tahu caranya memanusiakan manusia, percayalah, kamu sedang menyiapkan jalan yang jauh lebih lapang ke depan.
Karena orang akan lupa siapa yang paling pintar. Tapi tidak akan pernah lupa siapa yang membuat mereka merasa dihormati.