Mempunyai suatu keterampilan tertentu memang menyenangkan, sekaligus menguntungkan. Apalagi kalau keterampilan itu hanya sedikit orang yang menguasainya, dan kamu adalah salah satu orang itu.
Beberapa diantara kita tentu ingin menjadi ahli pada satu keterampilan tertentu, atau mungkin berniat lagi untuk menguasai suatu keterampilan baru. Misalnya digital marketing, coding, public speaking, memasak, menggambar, bahasa Inggris, memanah, atau bahkan yang lebih spesifik seperti baking kue kekinian.
Ada dua tingkatan ketika kita ingin menguasai suatu keterampilan, yaitu tingkatan ahli, dan tingkatan baik (layak).
Dari hasil riset yang dipublikasikan pada tahun 1993, oleh Anders Ericsson, seorang profesor di University of Colorado, dengan judul “The Role of Deliberate Practice in the Acquisition of Expert Performance.” Jika seseorang ingin mencapai tingkatan ahli, maka orang tersebut membutuhkan rata-rata 10.000 jam latihan.
Tetapi, jika kamu hanya ingin mencapai tingkatan baik atau layak, kamu bisa memperolehnya dengan lebih cepat, dengan strategi yang tepat.
Ketahui Tahapan Dan Prosesnya
Pada dasarnya, belajar (learning) dan menguasai keterampilan (skill acquisition) adalah dua hal yang tidak sama.
Josh Kaufman dalam bukunya yang berjudul The First 20 Hours: How to Learn Anything Fast, mengutip,
Learning helps you plan, edit, and correct yourself as you practice. That’s why learning is valueable.
If you want to acquire a new skill, you must practice it in context. Learning enhances practice, but it doesn’t replace it. If performance matters, learning alone is never enough.
Belajar membantu kamu merencanakan, mengedit, dan memperbaiki diri saat berlatih, itulah sebabnya belajar adalah hal yang penting.
Tetapi jika kamu ingin memperoleh keterampilan baru, maka kamu harus mempraktekkannya. Latihan memang bisa ditingkatkan dengan cara belajar, tetapi itu tidak cukup untuk menggantikan praktek.
Keahlian tidak bisa dikuasai dengan baik hanya dengan belajar saja.
Dengan kata lain, belajar (learning) adalah proses untuk memperoleh informasi, sedangkan menguasai keterampilan (skill acquisition) adalah penerapan informasi dalam bentuk latihan.
Hal yang perlu kamu ketahui adalah, untuk mencapai keahlian-keahlian yang bersifat mental maupun fisik, kita akan melalui proses-proses yang disebut dengan The Three Stage Model of Skill Acquisition.
- Cognitive (Early) Stage.
Yaitu tahapan di mana kita hanya berusaha memahami pengetahuan tentang keahlian yang akan kita capai, tetapi belum menerapkannya. Di tahap ini kita akan lebih sering mencari informasi, membaca, dan berpikir tentang proses apa yang akan dilakukan. - Associative (Intermediate) Stage.
Yaitu tahap di mana kita mulai berlatih, serta menyesuaikan cara pendekatan kita berdasarkan feedback. Semakin sering kita memberikan feedback kepada diri sendiri, semakin awet bertahan keahlian yang kita peroleh. Berikan feedback langsung, dan perbaiki kekurangannya - Autonomous (Late) Stage.
Yaitu tahap dimana kita mulai mengerjakan keterampilan tersebut dengan efisien dan efektif tanpa berpikir keras, atau tanpa memperhatikan masalah yang kita temui terlalu dalam.
Empat Langkah Menjadi Ahli
Semua keahlian yang ingin dicapai bersumber pada latihan terus-menerus secara benar (deliberate practice).
The process of skill acquisition is not really about the raw hours you put in, it’s what you put into those hours.
Untuk mendapatkan hasil dari ketertarikan belajar sesuatu, Josh Kaufman menciptakan cara untuk belajar hal baru secara cepat (rapid skill acquisition).
Rapid skill acquisition adalah sebuah proses untuk melakukan breakdown terhadap keahlian yang ingin kita capai, menjadi bagian-bagian sekecil mungkin (sub-skill), mengidentifikasi bagian mana yang paling penting, kemudian melakukan deliberate practice di bagian tersebut.
4 langkah yang harus kita lalui dalam proses ini adalah :
1. Deconstructing
Adalah cara untuk membagi sebuah keahlian ke dalam bagian-bagian (sub-skill) sekecil mungkin. Cara untuk memecah satu keahlian ke dalam sub-skill adalah, kamu bisa tentukan terlebih dulu tujuan spesifik tentang apa yang ingin kamu capai.
Misal, kamu ingin menguasai bahasa Inggris, tentukan dulu aksen (logat) mana yang ingin kamu kuasai, apakah American English, British English, atau Australian English. Kemudian tentukan metode belajar kamu, dengan mencari informasi dari orang yang sudah terampil dengan metode tersebut.
Lakukan riset semua hal yang kamu butuhkan untuk menguasai bahasa Inggris. Dengan cara ini, kamu telah memperkecil ruang lingkup, sehingga mempermudah kamu untuk berlatih.
Pada contoh ini, keterampilan berbahasa Inggris mempunyai macro-skill: speaking, listening, writing, dan reading, bisa kamu bagi menjadi beberapa sub-skill:
- Scanning dan skimming pada reading.
- Organizational dan editing skills pada writing,
- Recognition of connected speech dan understanding gist pada listening.
- Pronunciation dan intonation pada speaking.
2. Learning
Kamu harus mencari cara untuk bisa belajar dengan waktu yang cukup di setiap sub-skill, dengan tujuan untuk mempermudah kita dalam berlatih. Dengan cara ini, akan membuat kita melakukan keterampilan tersebut dengan benar, dan memiliki kemampuan untuk mengoreksi diri sendiri ketika melakukan kesalahan.
Berdasarkan contoh sebelumnya, maka pada langkah ini kamu harus mempelajari teori dari setiap sub-skill menguasai bahasa Inggris di atas.
3. Removing
Temukan cara untuk menghilangkan penghalang atau gangguan yang hadir secara fisik, mental, dan emosi, supaya mempermudah kita dalam proses belajar. Contoh :
- Gangguan fisik, seperti menjauhkan TV dan smartphone yang bisa mengganggu konsentrasi.
- Gangguan emosional, seperti rasa takut, keraguan, dan malu dalam belajar hal baru.
4. Practicing
Lakukan latihan pada sub-skill terpenting selama 20 jam (minimal). Pada langkah ini, sebelum memulai latihan, ada hal-hal yang harus kamu taati :
- Lakukan hanya satu sub-skill.
Jangan pernah melakukan 2 sub-skill sekaligus. Kamu hanya boleh berpindah tugas ketika kamu benar-benar sudah menguasai sub-skill sebelumnya. - Waktu khusus.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, kamu harus membuat waktu khusus yang hanya diperuntukkan berlatih dengan fokus, tanpa multitasking, dan tanpa adanya gangguan. - Lakukan feedback loops.
Pahami benar-benar sub-skill yang sedang kamu latih. Jika menemukan kesalahan segera catat dan perbaiki hal itu.
The desire for instant gratification is one of the primary reasons people don’t acquire new skills very quickly.
Kamu juga perlu tahu, bahwa hasil dari penerapan Rapid skill acquisition tidak bisa kita raih dalam hitungan jam. Kamu tetap akan membutuhkan beberapa waktu untuk mencapai tingkatan keahlian yang kamu inginkan.
Namun, Rapid skill acquisition adalah salah satu cara terbaik dalam mencapai sebuah keahlian, karena memberikan kita sebuah strategi, sikap, dan perilaku yang tepat, serta lebih cepat.
Belajar dan latihan, akan membuat kita sampai kepada tujuan.
Tetapi, tanpa waktu yang cukup, latihan kita bisa jadi tidak berguna. Atau, jika kita salah dalam menjalankan proses menguasai suatu keterampilan, latihan akan menjadi sia-sia, karena kita melakukan secara berulang-ulang sesuatu yang juga salah.