Saya tidak membicarakan mereka yang memanfaatkan situasi sulit ini untuk menangguk keuntungan sesaat. Mereka yang menimbun dan menjual mahal alat-alat kesehatan yang saat ini sangat dibutuhkan oleh mereka yang sangat memerlukan. Mereka yang menari di atas bangkai saudaranya sendiri. Mereka adalah orang yang tidak beretika. Mereka sama sekali tidak cerdas, pedagang yang berpikiran pendek.
Entrepreneur, untuk layak disebut entrepreneur dituntut paham dan menguasai banyak hal.
Cara berpikir pedagang (businessman) dan pengusaha (entrepreneur) itu berbeda. Saya tidak hendak mengatakan bahwa pedagang itu benar, atau pengusaha itu salah. Atau sebaliknya, pengusaha itu benar, pedagang itu salah. Karena itu adalah pilihan masing-masing. Tetapi, keduanya bisa buruk, kalau sebagai pedagang, atau sebagai pengusaha, mereka melakukan cara-cara yang tidak bermoral dan tidak ber-etika.
“It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it. If you think about that, you’ll do things differently”
— Warren Buffett
Implikasi Covid-19 terhadap bisnis
WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Mereka mengatakan bahwa coronavirus (SARS-CoV-2) pasti akan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tetapi, yang sulit dipastikan adalah, apakah pemerintah, bisnis, dan individu memiliki kemampuan substansial untuk bertahan. Karena infrastruktur dan standar kesiapan mereka akan berbeda.
Karantina dalam skala besar, pembatasan perjalanan, dan langkah-langkah sosial lainnya, membuat belanja konsumen dan korporasi merosot tajam sampai akhir Q2. Ini akan menyebabkan resesi. Meskipun nanti wabah ini bisa dikendalikan di sebagian besar wilayah dunia pada akhir Q2, resesi ini mungkin akan masih berlangsung hingga akhir Q3.
Konsumen yang berdiam diri di rumah, bisnis kehilangan pendapatan dan memberhentikan pekerja, maka tingkat pengangguran meningkat tajam. Kebangkrutan perusahaan akan meningkat, akan memberikan tekanan signifikan pada perbankan dan sistem keuangan.
Dampak ekonomi global sangat parah, mendekati krisis keuangan global 2007-2008. PDB berkontraksi secara signifikan di sebagian besar ekonomi utama pada 2020, dan pemulihan baru dimulai pada Q2 2021.
Gambaran menyeramkan di atas adalah skenario (prediksi) yang dibuat oleh McKinsey. Mari kita berdoa dan usahakan semoga hal itu tidak terjadi.
Tatanan Hidup Yang Baru
Sejarah selalu berulang. Covid-19 bukan sekedar kasus darurat kesehatan dengan skala yang sangat besar. Ia juga memaksa restrukturisasi tatanan ekonomi global, dan itu akan mengarah ke tatanan hidup yang baru.
- The Great Depresion tahun 1930, mendefinisikan ulang kebiasaan konsumen selama beberapa dekade berikutnya.
- Hiperinflasi setelah Perang Dunia I dan II masih menghantui kebijakan beberapa negara Eropa sampai sekarang.
- Krisis pasokan minyak di tahun 70-an mengarah pada upaya pertama konservasi energi dan efisiensi.
- Krisis keuangan 2008 adalah pemicu kerangka kerja peraturan baru di sektor perbankan dan keuangan. Dan juga, pada tahun ini startup baru mulai bermunculan lebih banyak lagi.
Kita lihat keadaan sekarang. Hanya dalam hitungan minggu, kita menyaksikan orang-orang mengenakan masker, membeli barang-barang dengan panik, membatalkan acara sosial dan bisnis, menunda rencana perjalanan, penutupan pusat perbelanjaan, pasar-pasar, bahkan rumah-rumah ibadah, dan juga orang-orang terpaksa bekerja dari rumah (WFH).
Kebiasaan baru ini akan terus bertahan lama, bahkan sampai setelah virus ini mereda karena kebijakan lockdown.
Peluang Bisnis Di Tengah Krisis
Pada perusahaan, selain kemampuan bertahan yang diperlukan untuk melalui krisis, maka mereka juga harus bisa melihat peluang yang bisa dikerjakan untuk menghasilkan pendapatan, karena krisis ini. Peluang yang diniatkan untuk berbisnis secara benar, tidak memanfaatkan penderitaan orang lain, tapi justru membantunya.
Kalau kita mengikuti tren kebiasaan baru yang terbentuk karena krisis coronavirus ini, maka inilah beberapa peluang itu :
- Setelah kebijakan remote working, kerja-dari-rumah (WFH) ditetapkan oleh banyak perusahaan, hal ini kemungkinan besar akan menjadi sebuah tatanan baru di kemudian hari (new normal). Apakah ini sebuah ide bagi Anda untuk membuat platform ?
- Ada atau tidak adanya krisis, perguruan tinggi dan sekolah perlu lebih siap untuk terus menyelenggarakan pendidikan secara online. Apa yang akan Anda buat ?
- Industri pariwisata mengalami dampak yang paling parah, pada penerbangan, kapal pesiar, hotel, dan sektor reservasi. Apa yang Anda pikirkan ?
- Virus ini juga telah menggeser skala prioritas. Kebersihan melonjak ke urutan atas agenda pemerintah dan perusahaan. Bahkan Singapura sudah berencana untuk memperkenalkan standar kebersihan wajib. Silakan antisipasi peluang ini.
- Kebiasaan berbelanja akan terpengaruh. Apa yang Anda pikirkan ?
- Kalau virus kembali beraksi, atau wabah baru datang, maka kontrol perbatasan akan menjadi lebih ketat, cakupan asuransi yang lebih luas, transportasi umum, dan lain-lain. Pikirkan ini sekarang, tuai hasilnya nanti.
Tentunya masih banyak lagi peluang yang bisa Anda temukan. Anda hanya perlu melihat sekeliling, lalu berpikir !