Work From Home.

Ya, semua orang sedang ramai melakukannya sekarang. Sesuatu yang tidak akan terjadi pada banyak perusahaan tanpa kejadian luar biasa. Suka atau tidak suka, COVID-19 memaksanya.

Jika Anda bekerja di perusahaan yang bahkan sudah diperintahkan demi keselamatan untuk melaksanakan prosedur bekerja di rumah, tapi dengan tanpa pertimbangan dan alasan yang bisa diterima,  Anda tetap disuruh masuk kantor, itu artinya perusahaan tidak menguatirkanmu, tidak peduli pada keselamatanmu, dan hanya memanfaatkanmu. Anda sedang bekerja di perusahaan yang salah. Berpikirlah!

Bagi perusahaan established dan mempunyai tata kelola yang baik, ataupun bagi perusahaan startup, yang sudah literate dengan teknologi, ini hanya merubah cara bekerja. Bahkan, bagi beberapa startup, remote working adalah cara bekerja mereka sehari-hari.
Buat yang baru memulai, ada ratusan tips WFH (bahkan framework remote working) yang bisa kita dapatkan dengan mudah hanya dengan googling, agar Anda bisa tetap produktif. Salah satunya bisa didapatkan disini.

Nah, sedangkan bagi sebagian perusahaan yang berisi banyak generasi X, baby boomer atau sebelumnya, ini akan jadi masalah, dan memicu kekhawatiran akan produktifitas kerja. Karena bekerja menurut mereka adalah juga tentang kehadiran karyawan di kantor. Sebagian dari mereka, bahkan tidak bisa mendeteksi, apakah karyawan itu di kantor beneran bekerja, atau sepertinya bekerja. Yang penting ceklok, hadir !

Keluar dari Comfort Zone

Bagi sebagian orang, WFH ini akan membawa mereka keluar dari zona nyaman. Sudah sering kita dengar bahwa ada wanita yang lebih suka bekerja di kantor daripada membereskan pekerjaan rumah tangga di rumah. Terlebih para pria, bekerja di kantor adalah juga tentang prestise, kebanggaan mereka. Bekerja di kantor, bagi sebagian orang adalah pola hidup yang sudah sekian tahun mereka jalani. Tidak mudah merubahnya.

Ketika menerapkan WFH, ada beberapa prosedur yang harus dijalankan :

  • Mengacu pada OKR
  • Mereka harus mempelajari tool yang digunakan (zoom; google meet; slack; trello; teamwork; basecamp; dll)
  • Cara berinteraksi dan komunikasi
  • Menentukan presensi
  • Cara pelaporan
  • Menyiapkan infrastruktur seperti akses internet, laptop

Mereka akan kerepotan dengan semua itu. Akibatnya tentu saja produktifitas menurun.

Self-quarantine = more gamers?

Grafik ini saya ambil dari Steam, salah satu platform distribusi game digital yang terkenal. Terlihat mengalami peningkatan jumlah game player yang significant. Coba Anda kesana, secara lebih detil Anda bisa lihat kenaikan jumlahnya dari bulan Desember 2019 sampai sekarang (19 Maret 2020).

Steamchart

Apakah ini karena pengaruh dari kebijakan karantina (WFH, SWH, dll) ? Belum ada riset khusus tentang itu sejauh ini. Tapi secara kasat mata, Anda bisa lihat sekeliling. Lihat teman-teman Anda, mereka menghabiskan waktu untuk apa ? Atau Anda sendiri ?

Gamer di lingkungan kantor tentunya sudah ada. Intensitas waktu mainnya bisa jadi akan meningkat ketika mereka “diwajibkan”bekerja dari rumah. Lalu, gamer baru, bisa jadi muncul dengan adanya WFH ini, karena perusahaan tidak bisa memberikan prosedur kerja WFH yang baik, jadinya out of control. Jikalaupun perusahaan sudah memberikan prosedur kerja yang baik, mungkin masih saja ada karyawan yang bermain game di waktu kerjanya. Kalau ini tentang habbit karyawan yang bersangkutan. Lain waktu saya akan menulis tentang para gamer ini, tentang bagaimana game akan “membunuh”mereka.

Bagaimana tetap produktif

Sebetulnya, agar tetap produktif bekerja dimana saja, hanya dibutuhkan dua hal, pertama yaitu Budaya Perusahaan, yang kemudian diadopsi dan dijalankan sebagai budaya kerja sehari-hari oleh seluruh tim di perusahaan tersebut. Perusahaan yang mempunyai budaya bagus dan kuat, akan membentuk etos kerja setiap karyawannya. Mereka akan bekerja dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, dan always fun.
Kedua, Good Corporate Governance, termasuk di dalamnya adalah Standard Operation Procedure yang baik dan jelas. Termasuk prosedur jika karyawan harus melakukan remote working.

Hanya dua hal. Tapi itu pekerjaan besar yang harus diselesaikan setiap perusahaan untuk siap menghadapi situasi apa saja. Jika perusahaan yang sudah memiliki dua hal ini saja bisa goyang saat berjalan, Anda bisa bayangkan perusahaan yang tidak memilikinya.

Tips buat Anda

Bekerja dari rumah bukan hal baru buat saya. Saya sudah melakukannya lebih dari 15 tahun, bahkan (kadang) sampai sekarang. Dari bekerja sendiri (one man show) sampai bekerja dengan banyak tim. Bukan sesuatu yang mudah memang jika bekerja dengan banyak tim, apalagi dengan kondisi dengan lebih dari 100 orang, tanpa harus bertemu.

Oke, Anda mungkin pernah mendengar atau membaca beberapa nasehat (tips) seperti ini agar produktif bekerja dari rumah (tetapi saya sependapat dengan orang yang mengatakan bahwa ini bukan nasehat yang tepat) :

Punya ruang terpisah di rumah (home office)

Hampir semua orang merekomendasikan ini. Tetapi sebagian besar orang tidak memiliki ruang di rumah yang bisa mereka ubah menjadi kantor. Tentu, akan sangat bagus jika bisa memiliki kantor di rumah yang nyaman. Tetapi kita perlu bekerja dengan apa yang kita miliki, bukan apa yang kita inginkan.

Carilah seorang teman (atau lebih) untuk bekerja bersama

Seolah-olah Anda tidak dapat bekerja sendiri. Ingat, Anda tidak lagi di sekolah SD/SMP/SMA. Anda bisa melakukan berbagai hal sendiri.

Gunakan peralatan yang tepat

Orang ini terlalu rumit. Anda hanya perlu laptop dan koneksi internet. Anda tidak perlu alat baru untuk bekerja dari rumah.

Berpakaian kerja

Pernahkan Anda membaca atau mendengar, bahwa Anda harus mengenakan pakaian yang sama yang biasanya Anda pakai di tempat kerja ? Mungkin saja itu bisa berpengaruh untuk orang tertentu. Tapi kalau saya, pakai saja apapun yang Anda mau.

Tetapkan “jam kerja”

Ini hanya berfungsi jika Anda bekerja di layanan pelanggan. Tapi selain itu, tidak. Anda bekerja dari rumah sehingga Anda tidak memiliki jam kerja. Anda dapat bekerja kapan pun Anda mau.

Itulah beberapa tips yang sepertinya bagus, namun menurut saya tidak tepat. Tetapi, tentu saja ada juga banyak nasehat (tips) berguna untuk bekerja dari rumah yang bisa Anda dapatkan. Saya akan berbagi dua tips umum yang akan memudahkan Anda bekerja dari rumah.

1. Miliki mindset “kerjakan dulu”

Yaitu komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan Anda apa pun yang terjadi.
Pikirkan tenggat waktu yang harus Anda buat, apa pun yang terjadi. Pikirkan akibat jika pekerjaan ini tidak selesai pada waktunya.
Secara praktis, mindset “kerjakan dulu” adalah berarti Anda sudah merencanakan (alokasi) waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan kata lain, mengutamakan pekerjaan itu.

Apakah penting pakaian apa yang Anda kenakan? Apakah penting di mana Anda bekerja?
Anda dapat mengenakan apa pun yang Anda inginkan, Anda dapat bekerja dari sofa, Anda dapat bekerja pada jam 1 pagi atau 8 malam, di ruangan apapun, menggunakan semua jenis aplikasi yang Anda suka

Lalu, tidak banyak membuat alasan (misalnya terganggu anak Anda, karena Anda bisa bangun lebih awal dari anak Anda).

2. Jangan berlebihan bekerja

Ini adalah hal sensitif jika Anda memiliki bos yang kuno, karena mereka berpikir bahwa Anda harus bekerja 8 jam sehari sesuai perjanjian kerja yang telah Anda sepakati. Bahkan ada pengusaha yang berpikir bahwa mereka perlu bekerja dua kali lebih keras. Sebuah pendapat yang tidak didukung dengan data yang kuat. Pernahkah Anda menyimpan catatan aktivitas ? Berapa jam Anda benar-benar produktif pada hari kerja ? Produktif itu tidak berbanding lurus dengan jumlah jam kerja. Saya akan menulis tentang hal ini nanti.

Bagi saya sendiri, akan melambat setelah bekerja sekitar 4-6 jam. Setelah itu, pikiran saya mulai tidak jernih, cenderung membuat kesalahan. Kualitas pekerjaan saya akan menurun jika saya bekerja terlalu banyak dalam sehari.

Tetapi setiap orang berbeda. Anda perlu mencari tahu berapa lama waktu produktif Anda. Ada banyak strategi produktifitas dan untuk mengatasi sifat suka menunda, yang bisa Anda dapatkan di internet. Buatlah sistem Anda sendiri untuk bekerja dari rumah. Apa yang berhasil untuk orang lain mungkin bisa jadi tidak cocok untuk Anda. Juga penting untuk Anda ketahui, bahwa apa yang berhasil untuk Anda setahun yang lalu mungkin tidak berlaku untuk Anda hari ini. Hidup kita terus berubah. Kita perlu menyesuaikan kebiasaan dan rutinitas kita dengan kehidupan kita sekarang.

Jadi, jangan berlebihan.
Saya tidak mengatakan semua orang harus bekerja 4-6 jam sehari. Mungkin Anda bisa memiliki 7 jam kerja produktif per hari. Maka, manfaatkan waktu itu. Tetapi jika baterai Anda ternyata sudah habis setelah 3 jam, maka sebutlah itu sebagai sehari (waktu produktif Anda).

Hidup tidak cuma urusan kantor. Ada hal lain yang perlu kita perhatikan.

Temukan cara untuk menjadi produktif dari rumah, dan perhatikan lingkungan sekitar Anda. Dan saat Anda di rumah, jangan lupa untuk menikmatinya juga. Anda memegang kendali. Anda memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Jadi bagaimana ? Apakah susah atau senang working from home?

Free 3 Kunci Miliarder Sukses



Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Berpikir Ala Jenius Dengan First Principle Thinking
Read More

Berpikir Ala Jenius Dengan First Principle Thinking

Cara berpikir para jenius di dunia memiliki satu kesamaan, yaitu mereka banyak berpikir tentang cara mereka berpikir. Elon Musk dan juga beberapa entrepreneur hebat lainnya menggunakan kerangka kerja yang disebut dengan First Principle untuk menyusun pemikiran mereka. Sebuah kerangka cara berpikir (penalaran), dengan cara menggali suatu hal sampai ke esensi dasarnya, sehingga hal itu tidak lagi diselimuti oleh asumsi-asumsi lain, dan tidak bisa diurai lebih dalam lagi. Kemudian dari esensi dasar itu, dibangun sebuah pemikiran sendiri. Bagaimana Anda juga bisa melakukannya ?
Read More
Rahasia Sukses Dengan Investasi Waktu
Read More

Rahasia Sukses Dengan Investasi Waktu

Kalau Anda belum punya uang untuk diinvestasikan, maka investasikanlah waktu Anda. Kebanyakan orang tidak menjadi lebih baik dari lima tahun lalu karena mereka hampir tidak menginvestasikan waktu untuk meningkatkan diri dalam ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan networking mereka.
Read More