Istilah yang merupakan personifikasi elastisitas karet, merenggang maju – mundur ini, merujuk kepada sikap, atau budaya seseorang yang tidak tepat waktu.
Sebuah “budaya” yang tidak ada di negara-negara lain yang menganut “time is money”, dan menjadi “culture shock”, ketika mereka baru datang ke Indonesia,
Pada sebagian besar orang, ukuran ketepatan waktu ini sering tidak jelas.
“Nanti”, “sekitar jam…”, “sebentar lagi”, “besok”, sudah menjadi ukuran waktu yang lumrah di sebagian besar masyarakat kita.
- “Sekitar jam 10 pagi” itu bisa berarti lebih awal 1 menit, atau lebih lambat 50 menit.
- “Nanti” bisa berarti beberapa menit sampai beberapa jam, atau bahkan beberapa hari.
Janji ketemu jam 10.00, munculnya jam 10.59, itu sudah tidak mengherankan.
Di Indonesia, jam karet adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan bagaimana kehidupan dan hubungan dipandang. Kepedulian terhadap sesama dan kualitas hidup merupakan nilai penting dalam masyarakat kita.
Perselisihan diselesaikan dengan kompromi dan negosiasi, juga memandang hubungan. Bahkan demikian juga dengan urusan uang.
Mendorong orang lain untuk menyesuaikan diri dengan jadwal Anda dianggap tidak sopan.
Sekalipun jam karet perlahan tapi pasti menjadi tidak bisa diterima di kalangan pengusaha, lingkungan pendidikan, dan lingkungan formal lainnya, itu masih menjadi kebiasaan buruk bagi banyak orang Indonesia.
Dan semoga itu bukan Anda.
Persiapan dan ketepatan waktu, adalah dua KUALITAS penting seseorang
Sulit untuk membuktikan bahwa diri Anda bisa diandalkan, ketika orang harus menunggu Anda yang terlambat.
Itu sama saja dengan mengatakan bahwa waktu Anda sendiri lebih berharga, dibandingkan dengan waktu orang yang menunggu Anda.