Ada orang yang merasa dirinya “berharga” hanya karena jabatan atau saldo rekening.
Padahal, nilai seorang manusia jarang sekali diukur dari label di luar. Nilai itu muncul dari cara dia memperlakukan orang lain, juga bagaimana dia menjaga dirinya sendiri.

Begini:
- Orang bernilai tinggi tidak perlu berteriak ketika berbeda pendapat. Ia tahu suara pelan kadang lebih menusuk daripada teriakan.
- Ia datang tepat waktu bukan karena takut dimarahi, tapi karena menghormati janji.
- Dia berhenti menilai orang dari sepatu, baju, atau pilihan politiknya. Ia juga tak punya waktu untuk duduk di lingkaran gosip, sebab hidupnya terlalu sibuk untuk membicarakan hal-hal penting.
- Ia tahu bahwa mengangkat orang lain, pada akhirnya juga membuat dirinya naik. Ia bisa melihat betapa sulitnya proses, maka ia belajar menghargai usaha, bukan sekadar hasil.
- Ia membela temannya yang benar, bahkan ketika temannya tidak ada di situ untuk mendengarnya. Ia menyebarkan kebaikan diam-diam, dan justru di situlah nilainya semakin kuat.
- Ia melihat banyak hal: kesalahan, kelemahan, kekurangan orang lain, tapi ia tidak merasa perlu bereaksi pada semuanya. Matanya awas, hatinya tenang. Dan ketika orang lain meragukannya, ia tersenyum. Ia tahu keraguan itu bukan cerminan batas dirinya, melainkan keterbatasan orang yang meragukan.
- Dan satu lagi, ada kebiasaan kecil yang membedakan mereka dari keramaian: mereka menyelesaikan apa yang mereka mulai.
Sederhana, tapi jarang.
Di tengah dunia yang penuh distraksi, menuntaskan bacaan ini saja sudah membuktikan kamu berbeda.
Mungkin kamu tidak sadar, tapi konsistensi kecil seperti itu adalah fondasi besar untuk sukses.
Percayalah, kamu mampu. Batas yang paling keras bukanlah tembok di luar, melainkan penghalang di dalam diri. Dan saat penghalang itu kamu singkirkan, kamu akan kaget betapa luasnya jalan di depan.
