Kita tentu bisa membayangkan keadaan dunia pasca pandemi covid-19 ini. Pengalaman manusia selama pandemi, menyebabkan perubahan dan akselerasi yang cepat pada sektor teknologi, bisnis, dan juga perilaku orang pada umumnya.

Orang menjadi terbiasa dengan digitalisasi, dunia online-virtual, dan bekerja secara remote. Hal ini akan menyebabkan ekspektasi-ekspektasi mereka akan berubah selamanya.

Model bisnis serta perilaku orang tidak akan pernah sama lagi seperti sebelumnya.

Bagi banyak individu dan organisasi, pelajaran terpenting dari dua tahun terakhir ini adalah bahwa perubahan yang benar-benar transformatif ternyata tidak sesulit yang dibayangkan, jika ada pendorongnya !

Sebagai masyarakat yang ingin maju, kita pasti akan terus memanfaatkan momentum ini terhadap fleksibilitas, kelincahan, dan pemikiran-pemikiran inovatif kita.

Fokus kita sekarang bergeser dari sekadar mencoba bertahan di dunia yang berubah, menjadi manusia yang berkembang maju di dalamnya.

Seperti Apa Bisnis Dan Teknologi Di Tahun 2022 ?

Topik utama tahun 2022 adalah tentang gaya hidup digital yang nomaden, saling membantu dalam charity platform, dan meraih tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals ).

Sedangkan pada dekade berikutnya, menurut Peter Diamandis, founder dari XPrize Foundation, kita akan mengalami jauh lebih banyak kemajuan daripada gabungan kemajuan di 100 tahun terakhir.

Hal ini karena teknologi telah membangun ulang ilmu kesehatan, material, energi, transportasi, dan berbagai industri lainnya. Implikasi hal ini bagi korporasi akan sangat luas.

5 Tren Teknologi Di Tahun 2022

Tren paling penting di tahun 2022 akan cenderung berfokus pada konvergensi tren teknologi, seiring munculnya perangkat yang memungkinkan kita untuk menggabungkan beberapa teknologi dengan cara baru dan menakjubkan.

Seperti apa prediksi tren teknologi yang akan terjadi ?

Tren 1: Artificial Intelligence (AI) di semua hal

Saat ini, “smart” berarti didukung oleh kecerdasan buatan (AI). Bukan hanya sekedar perangkat pintar yang terhubung ke internet. Tetapi ini adalah implementasi dari algoritma machine learning yang mampu membantu kita dengan cara yang semakin inovatif.

Mobil pintar menggunakan algoritma pengenalan wajah untuk mendeteksi apakah kita memperhatikan jalan dan memperingatkan kita jika kita mulai lelah.

Ponsel pintar menggunakan algoritma AI untuk melakukan segalanya, mulai dari mempertahankan kualitas panggilan hingga membantu kita mengambil gambar yang lebih baik. Di ponsel pintar kita sekarang, banyak aplikasi yang menggunakan AI untuk membantu kita dalam melakukan apa saja.

Bahkan toilet pintar sedang on the way, mampu membantu mendiagnosis masalah pencernaan dengan menggunakan computer vision untuk menganalisis sampel tinja !

AI telah dipasang pada alat yang kita gunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Mulai dari asisten suara hingga terjemahan bahasa, hingga alat yang memungkinkan kita mengekstrak data terstruktur dari gambar, coretan papan tulis, dan tulisan tangan.

AI juga mendukung banyak otomatisasi proses secara robot (RPA), yang meringankan beban kerja perusahaan pada divisi administrasi, operasional, logistik, akuntansi, SDM, dan lainnya.

Apa pun industri atau fungsi pekerjaan kamu, kemungkinan besar kamu akan menemukan solusi yang diperkuat oleh AI, yang dirancang untuk membuat hidup kamu lebih mudah.

Tren 2: Digitalisasi, datafikasi, dan virtualisasi

Selama dua tahun terakhir ini (2020 – 2021), banyak dari kita mengalami virtualisasi kantor dan tempat kerja, disebabkan oleh pengaturan kerja remote yang diterapkan perusahaan.

Pada tahun 2022 nanti, kita akan semakin akrab dengan konsep “metaverse”, yaitu dunia digital yang eksis secara paralel dengan dunia fisik tempat kita tinggal. Di dalam metaverse ini , menurut gagasan Mark Zuckerberg, kita akan melakukan banyak fungsi yang biasa kita lakukan di dunia nyata, termasuk bekerja, bermain, dan bersosialisasi.

Ketika tingkat digitalisasi meningkat, metaverse ini akan memodelkan dan mensimulasikan dunia nyata dengan akurasi yang semakin meningkat, sehingga memungkinkan kita untuk memiliki pengalaman yang lebih mendalam, meyakinkan, dan lebih nyata dalam dunia digital.

Sementara saat ini, banyak dari kita telah mengalami realitas virtual yang agak mendalam melalui headset. Nantinya, berbagai perangkat baru yang datang ke pasar akan segera meningkatkan pengalaman kita seperti tactile feedback, bahkan kita bisa merasakan bau.

Tren 3: Everything-as-a-service dan the no-code revolution

Tren lain yang sedang berlangsung dan semakin kuat adalah demokratisasi data dan teknologi.

Dalam beberapa tahun terakhir, telah muncul industri yang bertujuan untuk menempatkan skill dan perangkat yang diperlukan dalam melakukan inovasi berbasis teknologi, di tangan kita sendiri (agar bisa kita kerjakan sendiri), terlepas dari keahlian atau pengalaman kita.

Solusi cloud untuk penyimpanan, jaringan, pemrosesan data, dan resiko dalam menyiapkan infrastruktur yang mahal (untuk mencoba ide-ide baru), sangat dimitigasi resikonya.

Solusi hybrid juga bisa menjadi pilihan, ketika layanan cloud publik tidak sepenuhnya sesuai, misalnya saat menangani data yang sangat pribadi atau berharga.

Keterbatasan kita dalam melakukan inovasi di beberapa bidang (karena kurangnya skill kita), justru menjadi pendorong di balik booming-nya layanan “self-service” dan “do-it-yourself”.

Perusahaan tidak perlu lagi hire “pasukan jenius komputer” untuk membangun “otak digital” mereka sendiri. Mereka bisa menyewanya sesuai kebutuhan.

Solusi AI siap pakai, telah tersedia untuk segala hal. Mulai dari pemasaran, SDM, manajemen proyek, perencanaan, dan desain proses produksi.

Pada tahun 2022 nanti, kita akan terus melihat perusahaan-perusahaan melakukan implementasi infrastruktur AI dan IoT tanpa harus memiliki satu server, atau menguasai kode-kode programming.

Interface tanpa kode (no-code interfaces) akan menjadi semakin populer. Kurangnya pengetahuan pemrograman, atau pemahaman terperinci tentang statistik dan struktur data, bukan lagi menjadi penghalang untuk mewujudkan ide-ide kita menjadi kenyataan.

OpenAI, sebuah kelompok riset yang didirikan oleh Elon Musk dan didanai oleh antara lain Microsoft, baru-baru ini meluncurkan Codex, sebuah model pemrograman yang bisa menghasilkan kode dari bahasa manusia yang diucapkan secara alami.

Seiring dengan semakin matangnya teknologi seperti ini (yang akan mulai kita lihat pada tahun 2022) , dan disatukan dengan kemungkinan yang ditawarkan oleh infrastruktur cloud, maka inovasi dan imajinasi kita akan semakin jarang terhambat oleh kurangnya sumber daya atau keterampilan teknis.

Tren 4: Transparansi, tata kelola, dan akuntabilitas

Agar teknologi berfungsi sebagaimana seharusnya, maka kita sebagai manusia harus bisa mempercayainya.

Kita sudah melihat penolakan kuat terhadap banyak cara penggunaan teknologi saat ini yang dianggap mengganggu, berbahaya, atau tidak bertanggung jawab. Artificial Intelligence khususnya, terkadang digambarkan sebagai “kotak hitam”, artinya kita tidak bisa melihat ke dalamnya untuk memahami cara kerjanya.

Ini seringkali terjadi karena sisi kerumitannya yang membatasi pemahaman kita, bukan karena skema jahatnya (walaupun efeknya sama).
Ini berarti bahwa insiden di mana AI terbukti merusak, misalnya ketika Facebook baru-baru ini muncul untuk memberi label gambar orang kulit hitam sebagai “primata”, sudah sangat mengkhawatirkan.

Hal ini terutama berlaku dalam masyarakat yang mulai melihat AI untuk pengambilan keputusan yang bisa memengaruhi hidup seseorang, seperti perekrutan dan pemecatan.

Gagasan tentang AI yang transparan dan dapat dijelaskan, menjadi semakin populer selama beberapa tahun terakhir, karena menjadi jelas bahwa ada sebagian masyarakat yang tidak mempercayainya, dengan alasan yang tepat.

Pemerintah juga memahami dengan jelas bahwa ada kebutuhan akan kerangka peraturan, sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan Undang-Undang Kecerdasan Buatan yang diusulkan di beberapa negara (mungkin juga di Indonesia).

Tindakan yang diusulkan adalah, melarang pihak berwenang menggunakan AI untuk membuat sistem penilaian sosial, serta menggunakan alat pengenalan wajah di tempat umum.

Ada juga daftar efek yang berpotensi berbahaya, seperti “mengeksploitasi kerentanan” dan “menyebabkan kerusakan fisik atau psikologis,” yang harus ditunjukkan oleh penyedia solusi AI (yang tidak akan disebabkan oleh sistem mereka), sebelum dapat ditawarkan untuk dijual.

Namun, beberapa pihak mengklaim bahwa itu tidak cukup jauh, karena dalam kondisinya saat ini, tidak mengandung ketentuan apa pun bahwa orang harus diberi tahu ketika mereka menjadi subjek dari proses pengambilan keputusan yang digerakkan oleh AI.

CEO Google, Sundar Pichai mengatakan bahwa meskipun dia mengakui regulasi AI diperlukan, “ada keseimbangan yang bisa didapat” untuk memastikan inovasi tidak terhambat.

Tindakan penyeimbangan ini kemungkinan akan menjadi topik diskusi yang semakin seru selama tahun 2022, karena semakin banyak orang yang menyadari potensi efek positif dan negatif pada masyarakat yang akan dimiliki oleh AI dan tren teknologi lainnya.

Tren 5: Solusi energi berkelanjutan

Selama pandemi, energi terbarukan adalah satu-satunya bentuk energi yang penggunaannya meningkat. Di negara maju seperti Amerika Serikat, penggunaan energi terbarukan meningkat 40% selama sepuluh minggu pertama lock-down. Saya belum bisa memperoleh data ini untuk Indonesia.

Di seluruh dunia, semua penggunaan energi tak terbarukan menurun karena industri tutup dan orang-orang tinggal di rumah, yang mengarah pada pengurangan emisi secara keseluruhan sebesar 8%.

Hal itu menimbulkan kemungkinan bahwa akan dilakukan peningkatan investasi dari negara, atau pihak-pihak korporasi, untuk menghasilkan energi dari sumber daya terbarukan di tahun-tahun mendatang.

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa 40% lebih banyak energi terbarukan dihasilkan dan digunakan selama tahun 2020, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan memperkirakan bahwa pertumbuhan ini akan berlanjut sepanjang tahun 2022.

Secara keseluruhan, biaya pembangkitan energi terbarukan dari berbagai sumber, termasuk angin darat dan lepas pantai, matahari dan pasang surut, turun antara 7% hingga 16%. Ini akan menjadi “bantuan besar” bagi negara-negara dan bisnis (industri) yang mencoba untuk mencapai target emisi karbon menjadi netral atau bahkan karbon negatif.

Selain itu, sumber energi baru seperti biofuel, hidrogen cair, dan bahkan fusi nuklir menjadi lebih berpeluang dikembangkan, meskipun mungkin jumlahnya sedikit pada tahun 2022 dan setelahnya.

Namun, terobosan di semua bidang ini cenderung menjadi berita utama. Helion Energy, pelopor di bidang energi fusi, yang mereplikasi proses yang digunakan untuk menciptakan energi di bawah sinar matahari, menargetkan generator fusi prototipe terbaru mereka akan online pada tahun 2022.

Aplikasi-aplikasi praktis juga diharapkan muncul di bidang energi “hidrogen hijau”. Pengaplikasian ini berbeda dengan proses yang sudah ada untuk menciptakan energi dari hidrogen, yang melibatkan penggunaan sejumlah besar energi bahan bakar fosil “kotor” untuk membuat elektrolisis, memisahkan hidrogen dan oksigen tanpa memancarkan karbon, ini melibatkan penggunaan energi terbarukan, meredam dampak lingkungan secara keseluruhan.


Itulah tren teknologi yang sekarang sudah terlihat, dan akan semakin tampak di tahun 2022 dan selanjutnya. Saya akan melanjutkan di tulisan selanjutnya, tentang “6 Tren Terbesar Bisnis 2022”, insyaAllah.

Semoga bermanfaat.

Sumber referensi :

  • Tech Trends in Practice, The 25 Technologies that are Driving the 4th Industrial Revolution, Bernard Marr.
  • Tech Trends: 2022 Report | IEEE Computer Society
Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Read More

Bencana di BSI: Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

BSI, Bank Syariah terbesar di Indonesia ini mengalami gangguan yang sangat lama. Pelanggan tidak bisa melakukan transaksi hampir di semua channel. Ketika sebuah bank tidak dapat beroperasi secara normal selama lebih dari 4 jam, maka hal itu dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, kerusakan reputasi, dan ketidakpuasan nasabah. Ini adalah bencana. Saya akan menjelaskan kemungkinan penyebab gangguan tersebut, dampaknya, langkah demi langkah untuk menanganinya, dan memberikan saran tentang bagaimana bank dapat mempersiapkan hal seperti ini dengan lebih baik di kemudian hari.
Read More