Ketika kamu bermimpi, bayangkan kesuksesan itu. Ketika mempersiapkannya, bayangkan kamu gagal. Tapi ketika bertindak, bayangkan kamu akan berhasil.
Mimpi itu gratis. Jadi, beranilah bermimpi setinggi-tingginya. Saat bermimpi, bayangkan apa jadinya kalau semua rencana kamu berhasil. Seperti menonton film dengan kamu sebagai tokoh utama. Kemenangan, pujian, dan hasil gemilang di layar lebar imajinasimu.
Tidak ada yang salah dengan optimisme di tahap ini.
Tapi mimpi saja tidak cukup. Ketika kamu mulai bersiap, bayangkan kegagalan. Bayangkan skenario terburuk: rencana kacau, dana habis, atau pelanggan kabur. Kamu harus lebih curiga dari detektif. Apa yang bisa salah? Apa yang belum kamu antisipasi? Ini bukan pesimis, tapi realistis.
Kegagalan di kepala lebih baik daripada kegagalan di lapangan.
Namun, saat tiba waktunya bertindak, tinggalkan semua bayangan buruk itu. Fokus hanya pada sukses. Jangan ragu. Jangan terlalu lama berpikir “bagaimana kalau gagal.” Berpikirlah seperti pemain sepak bola yang yakin tendangannya akan masuk gawang.
Tidak ada ruang untuk keraguan saat aksi dimulai.
Tiga langkah ini saling melengkapi. Mimpi memberi energi. Persiapan memberi perisai. Aksi memberi hasil. Bayangkan sukses, rencanakan gagal, wujudkan sukses.
Begitu rumusnya. Simpel, tapi jarang yang konsisten menjalankannya. Kamu bisa jadi salah satu yang sedikit itu.