sixty seconds

Rezeki itu kadang bukan soal kerja keras, tapi soal sikap. Senyum tulus, jawab salam, kasih jempol atau komentar "keren!" di grup WA—hal-hal kecil yang sering diremehkan tapi bisa membuka pintu rezeki tak terduga. Ramah itu bukan basa-basi, tapi investasi. Hidup kita bisa saja terasa seret bukan karena nasib, tapi karena sikap kita terlalu dingin untuk didoakan orang lain. Mulailah dari yang ringan: tersenyum, menyapa, dan tulus mengapresiasi. Itulah energi baik yang diam-diam membukakan jalan.

Saat bermimpi, bayangkan sukses besar. Ketika bersiap, pikirkan skenario terburuk untuk mengantisipasi. Tapi saat bertindak, fokuslah hanya pada kemenangan. Gabungan ketiganya adalah rumus sukses yang jarang gagal: energi dari mimpi, perlindungan dari persiapan, dan hasil dari aksi. Mudah diucapkan, tapi butuh konsistensi untuk menjalankannya. Kamu berani coba?

Pilkada mencerminkan identitas dan aspirasi pemilih, namun bias kognitif dapat mengaburkan penilaian objektif. Manusia cenderung memilih pemimpin "sejenis" yang mewakili kepentingan mereka. Namun, dukungan yang terlalu kuat bisa mengaburkan fakta dan perasaan. Bias konfirmasi dan disonansi kognitif mempengaruhi cara kita memandang pemimpin pilihan. Pemilih cerdas harus mengevaluasi calon secara kritis, mempertimbangkan rekam jejak, integritas, dan visi mereka. Kritik yang membangun adalah bagian penting dari proses membangun bangsa.

Pada tahun 1896, Thomas Alva Edison, sang penemu bola lampu listrik, bertemu dengan seorang pemuda berbakat bernama Henry Ford. Dalam sebuah pesta perusahaan, Edison terpesona oleh ide mobil bertenaga bensin Ford dan memberinya dorongan yang sangat berarti. Dukungan Edison membuat Ford terus bekerja keras hingga menciptakan mobil yang sukses besar. Persahabatan mereka semakin erat ketika Ford membantu Edison saat laboratoriumnya terbakar. Kisah ini mengajarkan tentang kekuatan dukungan dan persahabatan.

Di era digital ini, kita sering kali tanpa sadar terjebak dalam aliran pikiran orang banyak, mengikuti arus tanpa mempertanyakan kenapa dan bagaimana. Fenomena ini tidak hanya terjadi di tempat umum atau dalam acara besar, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari kita melalui interaksi di media sosial. Opini dan ide yang terus-menerus kita serap dari media sosial tidak selalu berakar pada fakta, tetapi seringkali hanyalah ekspresi dari bias dan agenda tersembunyi yang ditujukan untuk mempengaruhi dan mengontrol perilaku kita.

Banyak produk dan bisnis gagal karena kurang memiliki product market fit. Ekspektasi optimis tanpa permintaan pasar nyata adalah kesalahan umum. Menurut Clayton Christensen, 95% dari 30.000 produk baru gagal, 76% tanpa pendapatan. Lalu bagaimana?