Hampir dua tahun saya ini menjalani kehidupan yang unik, berpindah-pindah tinggal antara Penang Malaysia, dan di Jawa Timur. Biasanya, saya tinggal di Gelugor Penang selama dua sampai tiga minggu, dan seminggu di Sidoarjo. Atau kadang masing-masing 2 minggu.
Saya tidak ke Penang untuk liburan atau berobat, tapi untuk mendampingi anak perempuan saya yang sedang menempuh pendidikan pascasarjana di Universiti Sains Malaysia (USM), mengambil program S2 di bidang Global Islamic Finance. Sementara itu, saya juga ingin menciptakan peluang baru di sini. Saya memang sengaja merencanakan langkah ini.
Beberapa perguruan tinggi di Malaysia, Universiti Malaya [60], termasuk USM [146], punya peringkat QS World Ranking yang jauh lebih tinggi dibandingkan perguruan tinggi di Indonesia. Selisihnya cukup mencolok, lebih dari 100, bahkan jika dibandingkan dengan Universitas Indonesia (UI) [206] atau Institut Teknologi Bandung (ITB) [256].
Kondisi ini mengingatkan saya pada 30 tahun lalu, ketika banyak orang Malaysia datang ke Indonesia untuk belajar. Kini, arah tersebut telah berbalik. Ironis.
Di Penang, saya tinggal di apartemen Vertiq, dekat dengan E-Gate, Gelugor, yang terletak strategis di tengah pulau. Lokasinya dekat dengan USM, bandara, dan pusat kota George Town. Kalau di Jawa Timur, saya tinggal di daerah Waru, tepat di perbatasan Surabaya selatan dan Sidoarjo. Kedua tempat ini sama-sama dekat dengan fasilitas publik, tetapi dengan karakter yang berbeda.
Pengalaman Hidup di Penang: Antara Ekspektasi dan Realita
Selama tinggal di Penang, saya menemukan banyak hal menarik, baik yang sesuai dengan ekspektasi maupun tidak.
Udara Segar dan Rendah Polusi.
Apartemen saya berada di pulau Pinang, banyak area perbukitan yang dikelilingi laut, sehingga udaranya sangat sejuk dan bersih. Berbeda jauh dengan udara di kota Surabaya atau Sidoarjo yang seringkali tercemar polusi. Bahkan balkon kondominium saya menghadap pantai yang ada Penang Bridge, jembatan ke arah Mainland. Setiap pagi, saya bisa minum teh, menghirup udara segar dan menikmati pemandangan yang menyegarkan mata.
Infrastruktur yang Modern dan Terintegrasi.
Jalan raya di Penang lebar, mulus, dan terhubung dengan baik. Lalu lintas juga tertib dan disiplin. Fasilitas umum, seperti transportasi publik, taman, dan pusat perbelanjaan, juga lengkap dan mudah diakses. Semua ini membuat hidup di Penang terasa nyaman dan efisien.
Biaya Hidup yang Relatif Terjangkau
Meskipun Penang merupakan salah satu kota besar di Malaysia, biaya hidup di sini ternyata tidak semahal yang saya bayangkan. Biaya makan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari lainnya relatif terjangkau, bahkan hampir sama dengan di Surabaya.
Internet Super Cepat dengan Harga Murah
Salah satu hal yang paling saya sukai dari Penang adalah koneksi internetnya yang super cepat. Kecepatan internet di sini mencapai 100Mbps – 2Gbps. Harganya pun sangat terjangkau. Saya hanya perlu membayar RM99 (Rp 360.000) per bulan untuk koneksi internet 200 Mbps. Bandingkan dengan di Sidoarjo, di mana saya harus mengeluarkan uang lebih dari Rp700 ribu untuk koneksi internet yang kecepatannya di bawah 100 Mbps.
Fasilitas Kesehatan Berstandar Internasional
Penang punya fasilitas kesehatan yang lengkap dan modern. Rumah sakit di sini dilengkapi dengan teknologi medis terkini dan tenaga medis yang profesional. Biaya perawatan di Penang juga relatif lebih murah dibandingkan di Indonesia. Tak heran jika banyak orang Indonesia yang memilih berobat ke Penang.
Saya sering menemui orang Indonesia di pesawat yang sedang dalam perjalanan berobat ke Penang. Mereka bercerita tentang pengalaman positif mereka mendapatkan perawatan di rumah sakit di Penang. Penang memang sudah menjadi tujuan wisata medis, terutama untuk bidang kardiologi, ortopedi, onkologi, penyakit pencernaan, oftalmologi, THT, dan program bayi tabung.
Rumah sakit seperti Gleneagles Penang dan Island Hospital sangat terkenal dengan layanan kesehatannya yang berkualitas tinggi.
Keanekaragaman Kuliner
Penang dijuluki surga makanan. Beragam jenis hidangan, mulai dari masakan Melayu, India, Cina, hingga internasional, tersedia di sini. Sayangnya, selera saya kurang cocok dengan mayoritas makanan yang bercita rasa India dan kaya rempah. Untungnya, masih ada makanan Melayu yang sesuai dengan lidah saya. Oiya, disini juga tersedia Grab Food Order kalau Anda sedang malas kemana-mana.
Harga Elektronik Dan Fashion yang Murah
Bagi para pecinta gadget, Penang adalah surga belanja. Harga elektronik seperti smartphone, komputer, TV, di sini jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia. Termasuk fashion, pakaian dan sepatu branded hargaya relatif lebih murah. Untuk sepatu baru yang sama persis merek dan kualitasnya di Indonesia, saya bisa mendapatkannya dengan harga 75% nya.
Tidak Ramah Pejalan Kaki
Trotoar di Penang kurang memadai, sehingga kurang nyaman untuk pejalan kaki dan pelari. Saya mendapati hal yang sama di Kuala Lumpur.
Transportasi Umum yang Terbatas
Pilihan transportasi umum di Penang terbatas pada bus Rapid Penang dan Grab Car, itupun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan di Indonesia. Tapi baru-baru ini, pemerintah Penang mengumumkan sedang membangun jaringan LRT yang akan mencakup seluruh pulau di 2030.
Jarak Masjid yang Agak Jauh
Lokasi apartemen saya cukup jauh dari masjid, sehingga memerlukan sedikit usaha untuk sholat berjamaah. Saya juga belum menemukan halaqoh kajian di sekitar sini.
Peluang Bisnis di Penang
Saya ingin menciptakan peluang baru disini, dan itu sedang terbuka lebar.
Penang merupakan salah satu pusat industri dan teknologi di Malaysia. Banyak perusahaan asing yang mendirikan kantor dan pabrik di sini, seperti Western Digital, Osram, Intel, Texas Instruments, Dell, Jabil Circuit, Agilent Technologies, Coherent, dan Lattice Semiconductor.
Bahkan, perusahaan raksasa seperti Apple, Oracle, dan Microsoft lebih memilih berinvestasi di Malaysia karena insentif pajak, infrastruktur yang lebih baik, tenaga kerja yang berkualitas, stabilitas politik, dan fokus pada teknologi tinggi.
Iklim investasi di Penang memang sangat mendukung, itu karena infrastruktur yang memadai, kebijakan pemerintah yang pro-investor, dan ketersediaan tenaga kerja terampil.
Bandingkan dengan Jawa Timur, khususnya Surabaya, yang masih kalah bersaing dalam menarik investasi asing. Di Surabaya, kawasan industri seperti SIER lebih banyak didominasi oleh perusahaan domestik.
Penang lebih fokus pada industri teknologi tinggi, sedangkan Surabaya memiliki basis industri yang lebih beragam, tetapi menghadapi tantangan dalam menarik investasi asing secara signifikan.
Bagaimana dengan Batam?
Batam menerapkan model Kawasan Perdagangan Bebas (FTZ) untuk menarik investasi asing. Pemerintah aktif mengembangkan infrastruktur dan mempermudah birokrasi. Batam memiliki keunggulan geografis karena dekat dengan Singapura, sehingga strategis untuk ekspor. Namun, Batam masih menghadapi tantangan dalam hal keterbatasan lahan industri dan keterampilan tenaga kerja.
Jadi sementara ini, secara keseluruhan, Penang memiliki keunggulan dalam hal iklim investasi dibandingkan Batam dan Surabaya.
Takeaways
Tinggal di Penang telah membuka mata saya tentang bagaimana negeri ini bukan hanya sekadar tujuan wisata atau berobat, tapi juga sebuah rumah kedua yang nyaman dengan berbagai keunggulan.
Dari udara yang segar, infrastruktur modern, biaya hidup yang relatif terjangkau, hingga internet super cepat, Penang menawarkan kualitas hidup yang tinggi.
Walaupun ada kekurangan seperti fasilitas pejalan kaki dan transportasi umum yang terbatas, peluang bisnis di Penang yang sedang berkembang pesat memberi saya motivasi untuk terus menciptakan peluang di sini.
Pengalaman ini memberi perspektif baru, dan semoga bermanfaat bagi Anda yang tertarik untuk tinggal di Penang.