Ini lanjutan tulisan saya kemarin. Ada tujuh pilar nilai yang membuat hidup saya terasa lebih hidup.

Kesederhanaan yang menjernihkan.
Disiplin yang membangun.
Efisiensi yang menghemat.
Efektivitas yang menghasilkan.
Kesabaran yang menenangkan.
Kejujuran yang membebaskan.

Dan optimisme. Yang satu ini istimewa.

Saya tahu, kata ini sering terasa seperti tempelan motivasi. Dipakai di seminar, dicetak di mug kantor, ditulis besar-besar di poster ruang meeting.

Tapi saya tidak sedang bicara optimisme yang asal semangat, yang menutupi kenyataan dengan senyum palsu.

Saya bicara tentang optimisme yang jernih. Yang rasional. Yang menjadi cara halus manusia dalam mengundang takdir baiknya.

Optimisme Adalah Doa yang Berjalan

Optimisme bukan sekadar cara pandang.
Dia adalah doa yang berjalan, harapan yang bernafas, dan kepercayaan yang hidup di setiap detik.

Dulu saya pikir optimisme itu naif.
Orang optimis itu orang yang tidak paham kenyataan hidup. Yang tidak tahu seberapa kejam dunia ini. Yang tidak pernah merasakan jatuh sampai berdarah.

Saya salah besar.

Optimisme justru lahir dari orang yang sudah pernah hancur, tapi tetap percaya bahwa besok bisa lebih baik. Yang sudah merasakan pahit, tapi yakin ada manis yang menunggu. Yang sudah tenggelam, tapi tidak berhenti percaya ada daratan di seberang sana.

Banyak riset modern menguatkan apa yang sebenarnya sudah lama diajarkan oleh iman: bahwa orang yang punya growth mindset dan optimis, yang memilih melihat kemungkinan daripada kemunduran, punya peluang berhasil yang jauh lebih tinggi dibanding mereka yang pesimis dan ragu dengan kemampuan diri sendiri

Bukan karena keberuntungan. Tapi karena cara berpikirnya membuat ia lebih terbuka, lebih lentur, dan lebih tahan banting. Lebih kreatif mencari solusi. Lebih menarik bagi orang lain untuk diajak bekerja sama.

Optimisme itu Bagian dari Tawakal

Saya suka menyamakan optimisme dengan matahari pagi.
Ia tak mengusir kabut seketika, tapi membuat kita punya harapan untuk tetap melangkah.

Optimisme adalah bagian dari tawakal. Berbaik sangka kepada Allah.
Percaya bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Yakin bahwa setiap doa akan dijawab dengan cara yang terbaik, meski tidak selalu dengan cara yang kita inginkan.

Allah sendiri berfirman dalam hadits Qudsi, “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku….”?

Maka jika kita berprasangka baik, hidup pun seperti punya alur yang ikut memihak. Tapi jika sejak awal kita sudah meragukan nasib, meremehkan kemampuan sendiri, dan mencurigai takdir, maka jalan pun sering terasa semakin sempit, meski sebenarnya peluang selalu ada.

Jika kita yakin Allah akan memudahkan jalan kita, maka kemudahan itu akan datang. Jika kita percaya bahwa di balik setiap cobaan ada hikmah, maka hikmah itu akan terungkap.

Optimisme adalah cinta kita kepada Allah. Seperti kita mengatakan, “Ya Allah, aku percaya pada rencana-Mu, itulah yang terbaik.”

Optimisme Bisa Dilatih

Optimisme, seperti kesederhanaan, bukan soal bakat. Ia adalah kebiasaan.
Ia perlu dilatih, dipupuk, disiram dengan hal-hal yang menumbuhkan.
Dan seperti taman, lingkungan di sekeliling kita sangat menentukan.

Apa yang kita baca, siapa yang kita dengar, berita apa yang kita izinkan masuk ke pikiran, semuanya perlahan membentuk isi kepala. Maka saya memilih bacaan yang membesarkan hati, cerita yang membangun harapan, bukan kabar yang membuat pundak makin berat sebelum bekerja.

Begitu pula dengan orang-orang di sekitar. Berteman dengan orang yang ringan mengeluh dan cepat menyalahkan takdir, itu seperti duduk di ruangan pengap, lama-lama sesak sendiri. Tapi berada di sekitar orang yang tetap hangat meski sedang sulit, rasanya seperti duduk dekat perapian saat malam dingin mencekat, kita ikut hangat meski tak punya apa-apa.

Saya juga percaya, orang yang mudah bersyukur akan lebih mudah merasa cukup. Dan orang yang merasa cukup, lebih mudah merasa damai. Syukur bukan berarti puas berhenti, tapi itu fondasi mental yang kuat untuk terus melangkah. tanpa merasa dunia ini kurang ajar setiap hari.

Dan satu hal lagi, mengeluh itu seperti garam di kopi. Sedikit saja cukup bikin rasa rusak. Hidup ini memang tak selalu manis, tapi terlalu banyak keluhan justru membuat kita tak bisa lagi mengecap nikmat yang tersisa.

Optimisme Adalah Pilihan

Saya tidak bilang hidup ini mudah. Tidak bilang semua masalah bisa diselesaikan dengan senyum. Tidak bilang optimisme itu obat untuk segala penyakit.

Yang saya bilang, optimisme adalah pilihan.

Pilihan untuk percaya bahwa setelah malam yang paling gelap, fajar akan tetap terbit. Pilihan untuk yakin bahwa setelah hujan deras, pelangi akan muncul. Pilihan untuk meyakini bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambaNya.

Dan pilihan itu, meski terlihat sederhana, adalah salah satu keputusan paling penting dalam hidup.

Karena optimisme bukan tentang melihat dunia dengan kacamata berwarna pink. Optimisme adalah tentang melihat dunia apa adanya, lalu tetap memilih untuk percaya pada kebaikan yang akan datang.

Optimisme adalah doa yang tidak pernah berhenti. Harapan yang tidak pernah padam. Cahaya yang tidak pernah redup.

Dan yang paling indah, optimisme adalah hadiah yang semakin dibagi, semakin berlipat. Semakin kita optimis, semakin banyak orang di sekitar kita yang ikut optimis. Semakin banyak kebaikan yang kita taburkan.

Maka mulai hari ini, pilih optimisme.

Bukan karena hidup mudah, tapi karena hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dalam pesimisme. Bahwa hari esok tak perlu ditakuti, selama kita menjalaninya dengan prasangka baik pada Allah, dan niat tulus untuk terus memperbaiki diri.

Terimakasih sudah membaca. Semoga bermanfaat.


Elite Success Blueprint Banner


Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Pikiran bawah sadar
Read More

Rahasia Pikiran Bawah Sadar Anda

Pikiran bawah sadar memegang peran penting bagi kehidupan Anda. Semua memori, nilai-nilai hidup Anda, keyakinan kebenaran Anda, kepribadian, program-program, tersimpan dengan baik di bawah sadar. Bahkan semua informasi yang masuk tanpa sepengetahuan pikiran sadar kita pun ia simpan
Read More