Anda mungkin masih bisa berbicara di telepon sambil mengendarai mobil. Tetapi tentu saja Anda akan kehilangan fokus pada jalanan. Apalagi jika Anda coba menambah mengerjakan satu hal lagi, membuka bungkus snack misalnya. Hal buruk bisa terjadi. It could kill you!

Multitasking pada manusia adalah kemampuannya untuk melakukan lebih dari satu tugas atau aktivitas, pada waktu yang bersamaan. Alih-alih menghemat waktu, multitasking justru bisa membuat waktu terbuang, karena proses peralihan antar tugas menjadi rentan terhadap kesalahan, yang disebabkan oleh kurangnya fokus.

Memang ada kemungkinan seseorang mahir dalam mengerjakan dua tugas. Itu artinya dia bisa dengan cepat mengalihkan perhatian di antara tugas itu, dan melakukan tugas itu dengan baik. Ini sangat jarang terjadi, dan butuh waktu lama untuk berlatih. Selebihnya, sangat tidak produktif.

Saya tidak pernah menemukan seorang eksekutif yang dapat tetap efektif dalam menangani lebih dari dua tugas dalam waktu bersamaan

Peter Drucker

Seseorang yang sepertinya bisa multitasking, maka sebenarnya dia memiliki manajemen waktu dan prioritas yang baik. Kabar baiknya, kemampuan ini bisa dipelajari oleh siapa saja.

Otak Anda Tidak Didesain Untuk Multitasking

Dalam hal produktifitas, tidak ada yang lebih buruk daripada orang yang berusaha melakukan banyak tugas dalam waktu bersamaan. Walaupun begitu, masih saja ada orang yang melakukannya, dan berpikir semua akan baik-baik saja.

Orang-orang ini percaya bahwa dengan melakukan beberapa tugas pada saat yang sama, mereka akan bisa menyelesaikan lebih banyak.

Ini adalah kesalahan besar. Terus-menerus beralih dari satu tugas ke tugas lainnya akan menghabiskan waktu yang berharga. Setiap kali Anda mengubah tugas, Anda akan kehilangan banyak waktu untuk fokus lagi pada tugas Anda yang baru.

Produktifitas Anda pasti akan terpengaruh secara negatif. Multitasking membuat Anda merasa seperti tidak pernah menyelesaikan tugas, atau tindakan apa pun, dan yang jelas memiliki dampak buruk pada moral Anda.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1960 an telah membuktikan hal ini. Pada sebuah artikel lama di The New York Time, di Amerika Serikat saja, $650 billion terbuang percuma dalam bisnis, karena orang-orang tidak bisa berhenti melakukan multitasking.

Neuroscientists telah menemukan bahwa otak kita memiliki 2 cara yang berbeda ketika bekerja. Focused mode dan diffuse mode.

Focused mode akan bekerja ketika kita benar-benar memberikan perhatian sepenuhnya terhadap sesuatu. Dan ketika ini terjadi, otak kita akan siap untuk memulai menyerap informasi.

Diffuse mode adalah ketika otak kita santai dan bebas. Kita tidak memperhatikan dan tidak berpikir tentang suatu hal dengan serius. Tetapi, terkadang, di mode inilah kreativitas kita bisa muncul.

Kita akan kesulitan untuk menjaga perhatian kita dalam jangka waktu yang lama, sehingga otak kita akan mengubah modenya, dari focused ke diffuse. Itu semua karena otak kita hanya bisa menjalankan satu mode saja.

Alasan utama kenapa kita sering stuck dalam mengerjakan sesuatu, adalah karena kita tidak memberikan diffuse mode kepada otak kita. Diffuse mode akan membuat otak kita tidak tegang. Aturan mengubah focused mode ke diffuse mode adalah ketika kita sudah berada pada titik stuck dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu.

Nah, multitasking adalah beralih dari focused mode ke diffuse mode secara terus menerus dalam waktu sekaligus. Inilah yang sangat tidak disarankan. Otak Anda tidak didesain untuk melakukan hal ini.

Hanya Satu Tugas Dalam Satu Waktu

If you chase two rabbits, you will not catch either one

Menurut Peter Drucker, Anda perlu menetapkan prioritas. Susunlah hal-hal yang perlu dikerjakan, lalu urutkan menjadi daftar prioritas. Selanjutnya ambil satu tugas untuk dikerjakan dengan sungguh-sungguh hingga tuntas.

Setelah tugas selesai dikerjakan, kembali lihat daftar prioritas. Tapi, jangan langsung ambil tugas berikutnya. Yang harus dilakukan adalah membuat prioritas ulang. Menurut Drucker, kondisi terus berubah. Apa yang sebelumnya adalah prioritas tinggi, boleh jadi sesaat kemudian bukan lagi menjadi prioritas paling tinggi lagi. Jadi, kita harus selalu melakukan prioritisasi ulang.

Ada dua pesan yang disampaikan Drucker dalam kaitan dengan prioritas. Pertama, kerjakan HANYA SATU tugas dalam satu waktu. Kedua, lakukan RE-PRIORITISASI setiap kali kita akan mengambil tugas berikutnya.

Dengan mengerjakan satu tugas pada satu waktu saja, Anda sepenuhnya akan bisa fokus pada tugas itu, untuk menyelesaikan dengan semua daya upaya. Setelah tugas itu berhasil diselesaikan, Anda akan merasakan sedikit kebahagiaan, yang kemudian akan mendorong dan membantu Anda untuk memulai lagi tugas yang lain, dengan lebih termotivasi. Anda akan lebih produktif.

Fokus Membuat Anda Lebih Produktif

Pikiran Anda hanya bisa fokus pada satu tugas saja. Multitasking bukanlah hal yang bagus. Pikiran Anda tidak dirancang untuk melakukan banyak tugas dalam waktu bersamaan. Ketika saya melakukan banyak tugas, saya biasanya hanya bisa menyelesaikan hal-hal kecil dengan tidak efektif. Ketika saya melakukan hanya satu tugas, tugas itu diselesaikan dengan sangat efektif.

Pikiran Anda memang secara naluriah akan “mencari” banyak distraksi ketika Anda sedang mengerjakan sesuatu. Tetapi itu hal yang wajar. Anda boleh menuruti pikiran Anda tersebut beberapa saat, lalu fokus kembali pada tugas Anda.

Anda boleh fokus pada hal-hal yang berada di luar zona nyaman Anda. Tetapi hal itu reasonable untuk Anda pikirkan. Hal ini akan membuat Anda bisa tumbuh. Pecahkan pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Pelajari topik-topik yang bermanfaat. Challenge lagi pengetahuan yang sudah menjadi keyakinan Anda sebelumnya dengan informasi baru itu.

Ketika Anda sudah menguasai kemampuan untuk fokus, maka Anda masuk ke alur kondisi yang jauh lebih mudah. Kurva pembelajaran Anda akan meningkat secara eksponensial. Anda akan menjadi pembelajar yang efektif.

Menggunakan Teknik Pomodoro Untuk Fokus

Kita juga bisa menggunakan teknik pomodoro. Alasannya adalah, kita akan tahu kapan harus menggunakan focused mode, dan kapan menggunakan diffuse mode.

  1. Susunlah daftar prioritas tugas. Tentukan urutan paling atas untuk dikerjakan lebih dulu. Perkirakanlah perlu berapa “Pomod” untuk menyelesaikannya. Misalkan Anda perlu 8 “Pomod” untuk menyelesaikan satu pekerjaan.
  2. Lakukan teknik pomodoro, yaitu fokus mengerjakan tugas selama 25 menit tanpa distraksi, kemudian Anda boleh melakukan distraksi-distraksi itu selama 5 menit.
  3. Setelah Anda mengerjakan 4 “Pomod”, ambil waktu break lebih panjang sekitar 30 menit.
  4. Lakukan perulangan dengan pola di atas sampai pekerjaan Anda selesai.

Anda harus menyadari bahwa multitasking adalah hal yang harus Anda tinggalkan, dan fokus adalah aset yang sangat berharga. Berlatihlah untuk bisa fokus pada setiap kesempatan.

Concentrate all your thoughts upon the work at hand. The sun’s rays do not burn until brought to a focus — Alexander Graham Bell

Free 3 Kunci Miliarder Sukses



Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Berpikir Ala Jenius Dengan First Principle Thinking
Read More

Berpikir Ala Jenius Dengan First Principle Thinking

Cara berpikir para jenius di dunia memiliki satu kesamaan, yaitu mereka banyak berpikir tentang cara mereka berpikir. Elon Musk dan juga beberapa entrepreneur hebat lainnya menggunakan kerangka kerja yang disebut dengan First Principle untuk menyusun pemikiran mereka. Sebuah kerangka cara berpikir (penalaran), dengan cara menggali suatu hal sampai ke esensi dasarnya, sehingga hal itu tidak lagi diselimuti oleh asumsi-asumsi lain, dan tidak bisa diurai lebih dalam lagi. Kemudian dari esensi dasar itu, dibangun sebuah pemikiran sendiri. Bagaimana Anda juga bisa melakukannya ?
Read More
Rahasia Sukses Dengan Investasi Waktu
Read More

Rahasia Sukses Dengan Investasi Waktu

Kalau Anda belum punya uang untuk diinvestasikan, maka investasikanlah waktu Anda. Kebanyakan orang tidak menjadi lebih baik dari lima tahun lalu karena mereka hampir tidak menginvestasikan waktu untuk meningkatkan diri dalam ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan networking mereka.
Read More