Banyak pihak meramalkan kondisi ekonomi dunia akan sulit, resesi ekonomi akan terjadi di tahun 2023 dan ke depan. Prediksi itu datang dari ahlinya ahli, maupun dari orang yang gak jelas.

Beberapa mengatakan bahwa resesi malah sudah terjadi sekarang ini.

Penyebabnya (yang tampak di permukaan) dikaitkan dengan situasi geopolitik, perang fisik Rusia – Ukraina yang menyebabkan rantai pasok terganggu, lalu menyebabkan kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, gagal bayar, daya beli turun, dan seterusnya. Belakangan, dikaitkan lagi dengan ketegangan Korut dan Jepang.

Benarkah seperti itu ?

Memahami Perang Dagang (Trade War) Dan Perang Mata Uang (Currency War)

Trade war
Image source: Knowledge at Wharton

Negara-negara seperti Amerika Serikat dan sekutunya, China dan kawan-kawannya, adalah para pelaku currency war dan trade war.

Mereka bisa membuat daya saing sebuah negara tiba-tiba ambruk, padahal tidak ada perubahan aktivitas fundamental dari negara-negara tersebut.

Tiba-tiba ambruk saja.

Itu terjadi karena barang-barang menjadi lebih mahal, yang disebabkan oleh nilai tukar mata uang yang berubah, skema pajak yang dilekatkan padanya berubah, subsidi atas produksi barang pesaing, proteksi dengan menerbitkan sertifikasi tanpa dasar jelas (yang menyebabkan barang tidak bisa masuk ke suatu negara), dan regulasi-regulasi aneh yang tiba-tiba dipaksakan ada.

Dampaknya, sektor industri di sebagian besar negara berkembang menjadi mati. Korbannya tentu saja jutaan pekerja terpaksa harus di PHK, atau hidup dalam kondisi pas-pasan.

Tidak berhenti disitu…

Mereka kemudian melakukandebt diplomacy yang culas. Hutang ditebar untuk “menolong”, tetapi ternyata dengan syarat yang kemungkinan besar tidak bisa dipenuhi.

Akhirnya, pengembalian hutang yang tidak masuk akal harus dibayar dengan konsensi sumberdaya alam, atau pajak yang begitu mencekik.

Sudah paham, atau masih susah mencerna ?

Cara Kerja Trade War Dan Currency War

Mari kita ngobrol dengan ilustrasi :

Toys made in china
Image source: The Tea Scape

Sebuah mainan dijual di Amerika Serikat (AS) seharga US $20.

Sebuah pabrik di China bisa membuat mainan itu dengan biaya produksi US $1. Sementara pabrik lokal di AS, membuat mainan itu dengan biaya produksi sebesar US $8.

Pengecer dari AS, memesan mainan itu dari China.
Setelah ditambah biaya pengiriman dan tarif impor, mainan itu akan berharga US $7 (masih lebih murah daripada pabrikan lokal).

Kemudian perang dagang (trade war) dimulai…

Trade War US - China
Image source: New York Times

Pemerintah AS secara logis ingin mendukung produsen lokalnya.
Mereka mengenakan tarif pajak impor yang lebih tinggi pada mainan dari China untuk membuat produsen lokal AS lebih kompetitif.

Mainan itu masih berharga US $1 (yang dibeli langsung dari pabrikan Cina), tetapi ketika diimpor ke Amerika (dengan tarif impor baru,) sekarang harga pokoknya menjadi US $9.

Jadinya, si pengecer kehilangan US $2 untuk setiap mainan, kalau masih menjualnya dengan harga US $20.

Untuk mempertahankan marginnya, si pengecer terpaksa harus menaikkan margin sebesar US $2, maka harga jualnya menjadi US $22, yang ini mungkin akan berakibat konsumen tidak jadi beli.

Nah, dalam upaya untuk tetap kompetitif, pengecer lalu membeli dari produsen lokal seharga US $8 (menghemat US $1) dan menjualnya seharga US $21 (meningkat US $1), masih lebih murah daripada impor dari China.


Lalu, babak perang mata uang (currency war) dimulai…

Currency War

Sekarang pemerintah China ingin mendukung produsen lokal mereka.

Menanggapi tarif perdagangan yang dikenakan, mereka “meruntuhkan” mata uang mereka terhadap dolar, katakanlah, 20%.

Sekarang pengecer AS bisa membeli mainan 20% lebih banyak dengan dolar yang sama.

Saat diimpor, mainan tersebut akan kembali dibandrol dengan harga yang sangat bersaing dengan pabrikan lokal.

Siapa yang menang ?

  • Pabrikan lokal AS berjuang untuk tetap kompetitif.
  • Pabrikan China juga berjuang untuk tetap kompetitif.
  • Konsumen AS membayar lebih untuk mainan mereka. Semakin tinggi tarif, semakin tinggi harga yang mereka bayar.
  • Konsumen China juga akhirnya membayar lebih dengan devaluasi mata uang lokal mereka, karena banyak komoditas lain diperdagangkan dalam dolar.
  • Semakin intens perang dagang/mata uang, semakin banyak konsumen yang merasakan sakitnya.

Ekonomi akan selalu menyesuaikan, dan terkadang itu bisa sangat menyakitkan.

Kita sekarang hidup dalam ekonomi global. Semua perang menyakitkan, dan perang dagang & mata uang tidak terkecuali.

Bayangkan perang ini tidak cuma dilakukan Amerika dan China, tapi juga Rusia dan negara-negara eropa.

Pada akhirnya, tidak ada yang menang, malahan terjadi resesi ekonomi.

Dan penderitaan yang sebenarnya ditanggung masyarakat.


Sekarang balik lagi ke debt diplomacy dari negara pelaku trade war dan currency war tadi…

Jika dalam perang fisik, bom diledakkan hanya mengakibatkan kematian bagi orang yang ada di radius bom itu. Tapi jika hutang diledakkan, maka yang terkena dampaknya adalah seluruh sistem keuangan suatu negara.

Dan itu tidak cukup ditanggung oleh satu generasi, boleh jadi akan diturunkan dalam bentuk kemiskinan kepada anak cucu, entah berapa keturunan.

Ironisnya, negara pelaku trade wardan currency war itu tadi, juga adalah pencetus progam SDGs yang temanya adalah, “Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development”.

Di satu sisi mereka berteriak lantang tentang SDGs, di sisi lain mereka tidak berniat menghapuskan debt diplomacy, trade war, dan currency war.

Mereka justru menciptakan resesi ekonomi, kemiskinan secara terstruktur, sistematik, dan masif.

Mereka ingin melindungi supremasi dan hegemoni ekonomi yang mereka bangun.

Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.

Oiya, ada pendapat lain ?

Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Pikiran bawah sadar
Read More

Rahasia Pikiran Bawah Sadar Anda

Pikiran bawah sadar memegang peran penting bagi kehidupan Anda. Semua memori, nilai-nilai hidup Anda, keyakinan kebenaran Anda, kepribadian, program-program, tersimpan dengan baik di bawah sadar. Bahkan semua informasi yang masuk tanpa sepengetahuan pikiran sadar kita pun ia simpan
Read More