Apakah uang bisa membeli kebahagiaan?
Bisa. Tapi tergantung.


Tergantung siapa yang pegang. Dan dipakai buat apa.
Ini seperti pisau. Di tangan chef: jadi karya. Di tangan perampok: jadi perkara.

Dulu, para peneliti bilang: uang hanya bikin bahagia sampai titik tertentu. Setelah itu, datar. Tak peduli gaji Anda naik dari 60 juta ke 600 juta, toh sama-sama makan nasi, tidur di kasur, dan tetap punya batas waktu 24 jam sehari.

Tapi setelah krisis finansial 2008, peta itu berubah.

Ternyata, bahkan kehilangan 5-10 persen penghasilan saja, cukup untuk bikin banyak orang stres, panik, dan kehilangan arah hidup.

Berarti, bukan uangnya yang bikin sengsara. Tapi ketakutan kehilangannya.

Karena itu, bahagia bukan soal angka di rekening. Tapi soal bagaimana Anda memaknai dan memakai uang itu.

Kalau uang dipakai buat:

  • Beli mobil mewah demi dibilang kaya,
  • Liburan tapi tak sempat menikmatinya karena sibuk update story,
  • Belanja barang yang tak perlu dengan uang yang tak ada untuk impress orang yang tak kenal…

Maka, selamat datang di dunia kepalsuan.

Tapi kalau uang dipakai buat:

  • Jalan-jalan ke tempat yang bikin jiwa lapang,
  • Menolong keluarga yang kesusahan,
  • Mengejar passion-mu,
  • Atau segera bebas finansial agar bisa lebih banyak ibadah dan dekat dengan keluargamu…

Maka itu bukan pengeluaran. Itu investasi kebahagiaan.


Tapi tunggu dulu. Itu baru satu sisi koin.
Karena ada jalan bahagia yang bahkan tak butuh uang sepeser pun.

Ibnu Qoyyim — ulama terdahulu, berkata bahwa bahagia itu cuma butuh tiga hal: syukur, sabar, dan taubat.

Semuanya soal hati. Bukan saldo.

Bahagia itu bukan punya dua rumah. Tapi bisa bersyukur meski cuma punya satu atap.
Bukan liburan ke Jepang. Tapi bisa sabar ketika rezeki hanya cukup untuk makan tahu dan tempe.
Dan bukan tanpa dosa. Tapi tahu jalan pulang setelah jatuh.

Syukur itu bukan sekadar “alhamdulillah”. Tapi tunduk, cinta, dan tidak menyalahgunakan nikmat.


Sabar itu bukan diam. Tapi menahan hati dari ngedumel, mulut dari mengutuk, dan tangan dari menghancurkan.

Dan taubat?
Adalah GPS spiritual, yang akan memandu kita balik ke jalur, tiap kali tersesat.


Sampai di sini, kita seperti dihadapkan pada dua jalan:
Jalan kapitalisme yang bilang, “Tambah uangmu, maka tambah bahagiamu.”

Jalan para ulama yang berkata, “Tambah taqwamu, maka itulah bahagiamu.”

Mana yang benar?
Bisa salah satunya. Boleh keduanya digabung.

Karena sejatinya, uang itu seperti garam.
Tanpa garam, masakan hambar. Tapi terlalu banyak, bikin sakit ginjal.

Bahagia itu bukan soal “punya banyak”. Tapi soal tahu kapan cukup.
Dan tahu ke mana arah hidup dibawa.

Kalau belum juga bahagia dengan yang sedikit, jangan harap bahagia dengan yang banyak.

Karena bukan dunia yang kurang memberi.
Tapi hati kita yang belum belajar menerima.

Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.


Personal OKR Blueprint


Konten iklan ini dipilihkan oleh Google sesuai kebiasaan Anda akses informasi
0 Shares:
You May Also Like
Pikiran bawah sadar
Read More

Rahasia Pikiran Bawah Sadar Anda

Pikiran bawah sadar memegang peran penting bagi kehidupan Anda. Semua memori, nilai-nilai hidup Anda, keyakinan kebenaran Anda, kepribadian, program-program, tersimpan dengan baik di bawah sadar. Bahkan semua informasi yang masuk tanpa sepengetahuan pikiran sadar kita pun ia simpan
Read More