Amerika Ingin Selalu Unggul di AI, Tapi DeepSeek Membuat Mereka Terkaget-kaget!
Kemarin, semua mata tertuju ke pelantikan Trump. Bos-bos besar teknologi berdatangan, dari Zuckerberg, Sundar Pichai, Tim Cook, hingga Elon Musk yang dikenal dekat dengan Trump.
Tapi, di tengah hingar-bingar itu, ada satu pertanyaan besar: sedang apa Sam Altman dan Satya Nadella?
Sementara semua petinggi raksasa teknologi sibuk bersulang, China diam-diam meluncurkan DeepSeek-R1, sebuah AI yang mungkin saja mengubah segalanya.
Beberapa hari sebelumnya, Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Amerika yang akan segera lengser dari pemerintahan Biden, memberi peringatan serius soal AI.
Katanya, beberapa tahun ke depan akan jadi penentu: apakah AI membawa malapetaka, dan siapa yang menang—China atau Amerika—dalam “perlombaan senjata” AI ini.
Beda dengan perlombaan teknologi sebelumnya (seperti nuklir, luar angkasa, atau internet), perkembangan AI tidak sepenuhnya bisa dikontrol pemerintah.
Taruhannya besar: dari “demokratisasi senjata mematikan” hingga “disrupsi besar-besaran di dunia kerja” dan “banjir informasi palsu.”
Menurut Sullivan, kalau Amerika mau menang, pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sementara Itu, China Meluncurkan Terobosan Besar
Saat para petinggi raksasa teknologi Amerika sibuk ngobrol dengan Trump, sebuah perusahaan China diam-diam meluncurkan sesuatu yang bisa jadi terobosan terbesar di dunia AI sejak ChatGPT.
Itu adalah DeepSeek. Atau, kalau kata para penggemar AI, mereka ini “Whale Bros.”
Kemarin, mereka meluncurkan DeepSeek-R1. Dan hasilnya bikin melongo:
- Kemampuannya sebanding (bahkan kadang lebih baik) dengan OpenAI’s o1 untuk tugas matematika, pemrograman, dan penalaran.
- Model terkecilnya saja lebih unggul dari GPT-4o dan Claude 3.5 Sonnet dalam tes matematika.
- Dan ini 100% open source. Lisensinya MIT, bisa diakses via API.
Demo DeepSeek-R1 yang luar biasa ini bisa dilihat di sini.
Tapi yang membuat orang terkejut sebenarnya bukan cuma performanya, melainkan caranya DeepSeek bisa sampai ke sana. Mereka menemukan bahwa reinforcement learning murni bisa membuat model bahasa belajar berpikir dan merefleksikan diri secara otomatis.
Maksudnya?
OpenAI bilang ke semua orang, kamu butuh data pelatihan besar-besaran untuk mengajarkan AI berpikir langkah demi langkah. DeepSeek bilang, “nggak perlu!” Mereka biarkan modelnya belajar lewat trial and error.
Hasilnya? Model ini mampu memecahkan masalah matematika dari yang semula hanya 15,6% menjadi 86,7% hanya dengan practicing.
Ini kabar buruk buat OpenAI, karena artinya kita nggak butuh “bumbu rahasia” mereka lagi.
Cukup dengan kekuatan komputasi dan insentif yang tepat. Sama seperti AlphaGo belajar sendiri dengan memainkan Go melawan dirinya sendiri, DeepSeek membuktikan pendekatan itu juga berlaku untuk “penalaran.”
Ironi: China Lebih Open
Yang menarik, saat OpenAI membangun ekosistem yang tertutup, perusahaan-perusahaan China justru lebih Open. Dr. Jim Fan dari NVIDIA menulis hal ini.
Dan DeepSeek bukan satu-satunya. Banyak model AI dari China yang Open dan performanya luar biasa:
- Model Qwen dari Alibaba adalah yang paling banyak di download di Hugging Face.
- Model-model ini sering lebih baik dari Llama buatan Meta, dengan biaya lebih rendah.
- Sebagian besar model video terbaik juga datang dari China, termasuk Hunyuan (pesaing terdekat Google’s Veo 2, salah satu model video terbaik).
Penasaran dengan DeepSeek-R1?
Saya sudah coba membandingkan dengan Gemini 1.5 Pro With Deep Research, Perplexity, dan OpenAI ChatGPT o1. Hasilnya lebih baik.
Kamu bisa coba sendiri. Aktifkan fitur “DeepThink” dan nikmati AI setara o1… gratis.
Terimakasih sudah membaca. Semoga bermanfaat.